Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 22 Juli 2015

DUNHIL MEREK BERJUTA RASA

        Lembut alunan musik disekitar rumahku, rumah bukan rumah kantoran ataupun rumah pedesaan, tetapi rumah yang ada dalam dada, yang membentengi lembutnya keluar-masuk rumahku sampai kejari-jariku, sepotong kue memang nampak lezat diatas meja bundar ketika pertemuan bung karno saat konferensi pers zaman dulu, melintasi lisan indah para pasukan-pasukan pahlawan itu, seakan mengundang rasa sampai kepelosok desa, begitulah DUNHIL lembutnya tiada terarah seperti angin-angin ditepi pantai SELONG BELANAK, mengaung bagai roti dizaman belanda yang langka itu, kesejukanpun terasa ketika berdiri duduk ditepi pantai selong, melambai-lambai pasirnya yang kuning bagai gadis idamanku didua timur itu, DUNHIL sesosok para laskar kreatif di waktu petang yang bercahaya sunset. Ombak mengaung bagai AC putar dizaman jepang, persis putaran desas-desis airnya selaras lurus dengan angin yang membengkok-bengkokan hati kita, DUNHIL alunan musik pantai selong belanak berirama idgom bilagunnah membuat hari-hari tampak berpuisi dilangit-langit hati yang berbintang cahaya bulan dimusim kamarau nanti. 

         PUTIH kekuningan pasir itu, bagai sebatang rokok putih merek terhebad yang sudah ada dizaman 2017 nanti, kuningnya mengembang dipangkal rokok Dunhil, membengkok-bengkok asapnya bagai pohon komak yang meliuk-liuk dipohon bambu, turun naik dalam urat-urat leher, bagai water full, di Benang Stukel, pantang menyerah bila kita mengayun sepeda motor diatas angin bila berjalan kedua timur, hangat bagai kelambu tebal dimusim hujan.

      DUNHIL engkau pengayun julukan nomer satu DIPERESEAN, NIKMAT ketika kena pukulanMu, bagai GENDANG BELEK didesa GANTAR, Dunhil merek berjuta Rasa, yang singgah dihati para penikmatmu, melambung tinggi kepanteAN dan terbang melayang bagai pesawat GARUDA International Lombok. seandainya singa bisa merokok tentu pasti bersaing dengan bermerek mobil, apalagi, merek-merek kipas angin, yang tajam bagai jarum pentol para wanita. DUNHIL engkau seakan mungil dibalik kacamata, namun, nampak cerdas dihadapan para penguasa, penguasa yang hebad.

        Tumbuh dan berkembang warnamu, bagai lampion pawai dibulan Rhamadon, berdecas-decus warna yang meledak dibawah langit, menghalangi awan-awan putih lain dalam memeriahkan malam-malam itu, panjang warna-warni petasan nampak terpecah-pecah bagai pucuk teh yang direbut para ULAT BULU. malam romadon penuh berkah bagai buah kurma dari mekkah, bukan Onta yang lenggak-lenggok jalannya,
    Air sungai memang nampak jernih dari persinggahan malam, tetapi engkau tetap berwarna biru dikala siang,....jika dipandang dengan mata telanjang tentu jelas warnamu, berbeda dengan lain, indah bila kita melihat dari teropong bambu yang kecil itu, mungkin sunset akan mengapung terus bila ia bisa menikmatimu, dan bermain diatas pantai selong belanak, menitipkan cahayanya diberbagai wisata Lombok, DUNHIL,,, asap-asapmu tidak lebih jauh dari pemandangan diatas gunung rinjani dikala sore hari, menembus dan mengalir dari urat leher sampai ke urat nadi seakan-akan berada di bayangan-bayangan surga.

Apalagi yang mentooool,, uhhhhh hu..... dinginnya sampai ke ati ketika mandi di danau kecil di atas gunung rinjani.......!! dari pada angin lewat lebih baik berdiolog sunyi bersama si dunhil.. ha..ha..ha :)

BREAK dulu coy,,,,

WHITING.....!! 

Tidak ada komentar: