Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 20 Maret 2014

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA LELAKAQ BAU NYALE PADA MASYRAKAT SASAQ DI DESA JEROWARU KECAMATAN JEROWARU KABUPATEN LOMBOK TIMIR




BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA LELAKAQ BAU NYALE PADA MASYRAKAT SASAQ DI DESA JEROWARU KECAMATAN JEROWARU KABUPATEN LOMBOK TIMIR


SKRIPSI


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1)
Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram








Oleh:

LALU SATRIADI
                                                  NIM 108112113



Jurusan                      : Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Studi           : Pendidikan Bahasa, Sastra  dan Daerah




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2012
HALAMAN PERSETUJUAN

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA LELAKAQ BAU NYALE  PADA MASYRAKAT SASAQ DI DESA JEROWARU KECAMATAN  JEROWARU KABUPATEN LOMBOK TIMIR


SKRIPSI


Oleh
LALU SATRIADI


Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, kami berpendapat bahwa skripsi ini telah memenuhi syarat sebagai karya ilmiah.



Telah disetujui Dosen Pembimbing di Mataram
Pada tanggal,……/………../2012



Menyetujui,
Dosen Pembimbing I


Siti Lamusiah, S.Pd, M, Si
NIDN. 0811176901
Dosen Pembimbing II


Nazarudin, M, Hum
NIDN. 0811207601












HALAMAN PENGESAHAN

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA LELAKAQ BAU NYALE  PADA MASYRAKAT SASAQ DI DESA JEROWARU KECAMATAN JEROWARU KABUPATEN LOMBOK TIMIR


SKRIPSI


Oleh
LALU SATRIADI

Pada tanggal,......../................/2012
Telah dipertahankan dengan baik di depan tim penguji



                                                                                    (                                   )
Ketua


                                                                                    (                                   )
Anggota


                                                                                    (                                   )
Anggota


Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan Studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unuversitas Muhammadiyah Matarama

Mataram,......./................./2012
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unuversitas Muhammadiyah Matarama
Dekan,



H. Suwardie AH., SH., M.PA
NIDN. 0815054401


motto

harapan adalah cermin masa depan

‘’ ketika kita berharap, maka tentunya kita harus berbuat dan ketika itulah kita bisa meraih apa yang kita harapkan ‘’





















PERSEMBAHAN

“ Janganlah menunggu menjadi bahagia agar engkau bisa tersenyum, tetapi tersenyumlah agar engkau bahagia “

Dengan Cinta Kasih Skripsi ini Kupersembahkan :

v Untuk orang yang selalu aku hormati Ayah dan Bundaku tercinta, (lalu ya’kub dan muhaini), yang selalu ada untukku dan tidak merasa letih dalam mendidikku serta do’a yang tulus mereka persembahkan. Terima kasih, do’aku hanya untuk kalian. Amin................................!!!


v   Untuk yang terkasih adikku Lalu Aji Januardi  yang cakep tapi bandel, dan Lalu Ropi Azriawan  yang hitam, tapi manis, makaci ya..........karena sudah memberi semangat yang berarti, semoga kelak kalian jadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.

v Spesial persembahan buat orang yang selalu kucintai dan mencintaiku, orang yang selalu ada untukku disaat suka maupun duka “Ku ingin tetaplah menjadi milikku sepanjang usiaku

v Dan untuk semua keluarga besarku yang tak bisa aku sebut satu persatu, terima kasih berkat do’a dan dukungannya.

v Terkhusus buat teman-teman kelasku, ada Fandi,Fajar, Dian, Abib,Iswatun,Yo2k, Dan  yang tidak bisa aku sebut namanya  Semuanya I LOVE YOU My Friends!!! Tanpa, dukungan dan motivasi  kalian aku bukan siapa-siapa dan ingat  ya.........jangan sampai lupa dengan satria .......key !!!

v Almamaterku tercinta !


KATA PENGANTAR

 

“Bismillahirrahmanirrohim”

Al-Hamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dalam qolbu yang dalam atas curahan karunia-Nya dengan penuh Hidayah dan Maunah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan keharibaan Rasulullah Muhamamad Saw yang telah menuntun umatnya dari dunia kejahiliyahan menuju dunia Islamiyah dengan menjunjung tinggi imu pengetahun yang dipancari oleh cahaya keimanan dan keislaman.
Penulisan skripsi dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S – 1) di Universitas Muhammadyah Mataram
Dalam penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.      Bapak Drs. H. Idris Mustamin selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Matam
2.      Bapak H. Suwardie, AH., SH., M,PA selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram
3.      Bapak Drs. Akhmad, H. Mus, M. Hum selaku Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
4.      Ibu Siti Lamusiah, M.Si  selaku dosen pembimbing pertama
5.      Bapak Nazarudin.M.Pd selaku dosen pembimbing kedua
6.      Kepala Desa dan Masyarakat Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur
7.      Semua pihat yang telah membantu sampai selesainya skripsi ini
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat perbaikan sangat penulis harapkan demi kebaikannya.
Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikan para bapak dan ibu semoga diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang sholih, dan semoga skripsi ini bermanfaat Amin.

Mataram,..…./………/ 2012

    Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................              i                       
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................             ii           
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................            iii
MOTTO......................................................................................................            iv
PERSEMBAHAN .....................................................................................             v
KATA PENGANTAR..............................................................................            vi           
DAFTAR ISI  ............................................................................................          viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................            xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................           xii
ABSTRAK.................................................................................................          xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .........................................................................             1           
1.2  Rumusan Masalah.....................................................................             2
1.3  Tujuan Penelitian.......................................................................             3
1.4  Manfaat Penelitian....................................................................             3
1.4.1 Manfaat Praktis................................................................             3
1.4.2 Manfaat Teoritis...............................................................             3
BAB II TINJAUN PISTAKA
2.1  Konsep Dasar............................................................................             4           
2.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna.............................................             5           
2.2  Folklor.......................................................................................             8
2.3   Lelakaq Sasaq..........................................................................           10
2.3.1 Jenis-Jenis lelakaq............................................................           11
2.3.1.1 Lelakaq Nasihat...................................................           12
2.3.1.2 Lelakaq Percintaan...............................................           12
 2.3.1.3 Lelakaq Agama...................................................           12
2.3.1.4 Lelakaq Bau Nyale...............................................           12
2.3.1.5 Waktu Pelaksanaan Penangkapan Nyale.................           13
2.3.1.6 Tradisi Lelakaq Sasaq..............................................           14
2.4 Struktural...................................................................................           15
2.5 Semiotik.....................................................................................           16
2.6 Penelitian yang Relevan.............................................................           17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1  Metode Penentuan Sujek Penelitian.........................................           21
3.1.1 Populasi............................................................................           21
3.1.2 Sampel .............................................................................           22
3.2  Metode Pengumpulan Data  ....................................................           23
3.2.1   Oservasi..........................................................................           23
3.2.2   Wawancara.....................................................................           23
3.2.3    Pencatatan.....................................................................           25
3.3.4    Dokumentasi ................................................................           25
2.5 Metode Analisis Data................................................................           26
BAB IV PEMBAHASAN
4.1  Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................           28
4.2 Keadaa Sosial Ekonomi.............................................................           30
4.3  Sejarah Bau Nyale.....................................................................           31
4.4  Penyajian data...........................................................................           36           
4.4.1  Bentuk Lelakaq Bau Nyale.............................................           36
4.4.2  Fungsi Lelakaq Bau Nyale..............................................           42
4.4.3  Makna Lelakaq Bau Nyale..............................................           45
4.4.4  Analisis Struktural...........................................................           49
4.4.5  Analisis Semiotik............................................................           66
BAB V   PENUTUP
5.1   Simpulan..................................................................................           69
5.2   Saran........................................................................................           70
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................              
LAMPIRAN- LAMPIRAN......................................................................              































DAFTAR TABEL

Tabel:
Table 01:.......... Nama Dusun yang Ada di Desa Jerowaru
......................... Kecamatan Jeruwaru Kabupaten Lombok Timur........................ 28
Tabel 02 :          Data Peruntukan Tanah di Desa Jerowaru............................. ..... 29
Tabel 03 :          Data Jumlah Penduduk Dirincikan Menurut Golongan
                          dan Jenis Kelamin di Desa Jerowaru Tahun 2012.................. ..... 29
Tabel 04 :          Data Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa     
                          Barat Tahun 2011................................................................... ..... 30
Tabel 05 :          Data Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Ada  
                          di Desa Jerowaru Tahun 2012................................................ ..... 31























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

1.      Lembar Pertanyaan Wawancara............................................
2.      Bentuk Lelakaq......................................................................
3.      Surat Ijin Penelitian...............................................................            
4.      Kartu Konsultasi....................................................................
5.      Dokumentasi Tentang Lelakaq Bau Nyale............................





































ABSTRAK

LALU SATRIADI,  2012 : Bentuk, Fungsi, dan Makna Lelakaq Bau Nyale pada Masyrakat Sasaq di Desa Jerowaru Kec. Jerowaru Kabupaten Lombok Timir

Di wilayah Lombok Timur khususnya di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru, masih mempertahankan tata cara adat seperti lelakaq dalam adat atau tradisi bau nyale. Pembacaan lelakaq merupakan salah satu sigmen bagaimana bentuk, fungsi, dan makna lelakaq pada saat penangkapan nyale yang ada di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, pencatatan, dokumetasi  sedangkan analisis data menggunakan analisis struktural dan semiotik untuk analisis bentuk. Analisis fungsi menggunakan pendekatan fungsi dan analisis makna dengan pendekatan hermeniutik.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu bentuk lelakaq pada saat berlangsungnya penangkapan nyale  yang ada di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru. Berdasarkan analisis struktural mencakup tema, yaitu tema nasihat, percintaan pendidikan. Gaya bahasa mecakup ; metafora, perbandingan, hiperbala. Bunyi mencakup ; aliterasi, asonasi. Diksi atau pemilihan kata mencakup rau dan timba. Sedangkan fungsi lelakaq sebagai hiburan dan nasihat. Makna lelakaq berisi tentang pelukisan perasaan dan peristiwa. Kesimpulan penelitian ini berupa: bentuk, fungsi, dan makna lelakaq pada masyarakat Sasaq di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru beranekaragam, juga merupakan alat penyampain pesan yang berisi tatanan moral, material, dan spiritual, serta sebagai cerminan kehidupan masyrakat kolektifnya.










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 32 bahwa kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai hasil budidaya masyarakat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan yang lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan asli bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kepada kebudayaan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak kebudayaan atau bahan-bahan baru yang dapat memperkembangkan dan memperkaya budaya bangsa sendiri. Serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dalam rangka mencari identitas bangsa maupun suku-suku bangsa yang ada di Indonesia, pada tahun ahir-ahir ini, di pusat atau di daerah telah timbul kegairahan untuk mengumpulkan bentuk-bentuk folklor dari semua suku bangsan yang ada di Indonesia ( Danandjaja, 1986 : 153 )  Hal itu dapat kita buktikan dengan begitu banyaknya penemuan para ahli yang dipublikasikan dalam bentuk buku dan artikel.
Folklor merupakan salah satu aspek kebudayaan yang perlu di kembangkan dan dipelihara agar sastra daerah itu dapat bertahan, disamping itu agar nilai-niali yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan referensi oleh masyarakat pemiliknya dan masyarakat umumnya. Salah satu cara untuk mencapai semuanya melalui penelitian.
Salah satu jenis folklor yang masih hidup di Lombok adalah : Lelakaq merupakan sejenis sajak yang terdiri atas; baris sampiran dan isi paling sedikit dua baris, diungkapkan dengan cara dilagukan, terutama pada acara bau nyale, tarian joget  di ungkapkan oleh pemuda pemudi. Lelakaq dapat memberikan gambaran luas tentang pola dan macam kehidupan masyarakat pendukungnya. Lelakaq pada umumnya berbentuk pantun, berfunsi sebagai sindiran atau hiburan. Lelakaq sebagaimana sastra umumnya juga mempunyai bentuk, fungsi dan makna. Untuk mengetahui bentuk, fungsi serta makna dari Lelakaq perlu diadakan penelitian. Jenis lelakaq yang ada di Desa Jerowaru  Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur ini beragam mulai dari Lelakaq Nasehat, Agama, percintaan,dan bau nyale dan masih banyak lagi lelakaq yang lain yang terdapat di Pulau Lombok ini. Kehidupan kesenian lelakaq di Lombok Timur khususnya di Desa Jerowaru, mulai memudar karena lelakaq digunakan oleh orang tua. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan secara spesifik tentang Lelakaq Nasehat, Agama, Percintaan,dan bau nyale  yang khususnya di pergunakan oleh masyarakat Jerowaru. Oleh karena itu bagaimanakah bentuk, fungsi, dan makna lelakaq bau nyale  yang terdapat di Desa Jerowaru yang pelu ditelitian.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permaslahan  sebagai berikut : Bagaimanakah bentuk, fungsi, dan makna Lelakaq Bau Nyale pada masyarakat Sasak di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna  Lelakaq Bau Nyale pada masyarakat Sasak di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur ?
1.4 Manfaat Penelitian
     1.4.1  Manfaat Teoritis
1. Memberi tambahan pengetahuan dan informasi tentang kebudayaan   masyarakat    Lombok Timur khususnya mengenai lelakaq bau nyale
2. Memberikan kesadaran dan bimbingan secara tidak langsung untuk terus menjaga kemurnian budaya peninggalan nenek moyang.
3. Memberi kesadaran khususunya kepada generasi muda tentang pentingnya pengetahuan agama, moral, etika, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat.

1.4.2  Manfaat Praktis
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tetang bentuk,fungsi, dan makna lelakaq bau nyale.
2. Menjadi referensi kepada peneliti berikutnya mengenai bentuk, fungsi, dan makna lelakaq bau nyale.
3. Menggugah  kesadaran dan kebanggaan terhadap kebudayaan daerah sendiri  pada khususnya dan kebudayaan nasional pada umumnya.










BABA II
           TINJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan, perbuatan dan sebagainya ) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis pada penelitian ini difokuskan pada struktur dalam menganalisis bentuk, fungsi, dan makna lelakaq bau nyale  pada masyarakat Sasaq di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok timur.
Analisis lelakaq bukan berarti merubah teks-teks lelakaq atau membolak-baliknya apalagi merubah isi kandungannya. Analisis merupakan suatu cara untuk memahami karya-karya sastra baik untuk memanfaatkan, maupun melakukan kritikan. Pada bagian lain, analisis merupakan suatu langkah menelaah, mengkaji dan menyelidiki suatu sastra. Dalam bukunya Burhan Nurgiantoro ( 2009: 30 ) mengatakan bahwa analisis menyarankan pengertian mengurai karya itu atas unsur- unsur pembentuknya tersebut, yang berupa unsur-unsur intrinsik. Menganalisis bukan berarti memecah dan mencincang-cincang karya sastra, memisah-misahkan bagian dari keseluruhannya melainkan sebagai sarana, sarana untuk memahami karya-karya kesastraan itu sebagai satu kesatuan yang padu dan bermakna, bukan sekedar bagian per-bagian yang terkesan sebagai suatu percincangan di atas. Jadi analisis adalah langkah-langkah telaah secara mendalam terhadap sesuatu, baik itu karya sastra ataupun yang lain dengan penuh kesadaran dan rasional objektif untuk memperoleh penghayatan serta memberi penilaian terhadap suatu karya sastra atau yang lainnya.
Jika kerja analisis kesastraan dimaksudkan untuk memahami secara lebih baik sebuah karya, merebut makna ( pursuit of signs, menurut istilah Culler ), menafsirkan makna berdasarkan berbagai kemungkinannya, analisis tersebut sebenarnya telah melibatkan kerja hermeneutik. Hermeneutik menurut Teeuw ( 1984: 123), adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. Berdasarkan teori Hermeneutik dalam menentukan makna dan fungsi lelakaq, dilakukan suatu interpretasi dan penafsiran serta penilaian terhadap lelakaq untuk mendapatkan suatu fungsi serta maknanya dalam kehidupan masyarakat Sasak Lombok timur.
    2.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna
Dalam bukunya Kutha Ratna (2007: 89) dikatakan bahwa prinsip seni pada dasarnya sama. Meskipun demikian isi dan konsepsinya berbeda-beda. Faktor-faktor inilah yang membedakan antara seni yang satu dengan yang lain. Konsep dasar ini disebut bentuk yang hidup (living form), kreasi bentuk simbolis perasaan manusia (Langer, 1957: 44-58). Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu: a) kreasi, yang berarti karya seni merupakan hasil ciptaan, b) bentuk, yang berarti karya seni bukan semata-mata isi atau materi, dan c) seni berasal dari perasaan, bukan pikiran. Konsep living form, yang pada dasarnya sudah diintroduksikan oleh Cassirer (1956: 193), memiliki implikasi lebih jauh. Menurutnya, perasaan yang kuat akan mengekspresikan sesuatu yang seolah-olah hidup. Seni sebagai ekspresi menolak anggapan karya seni sebagai menutup diri, seni semata-mata imajinasi seniman. Dalam kaitannya dengan totalitas aktivitas manusia, Collingwood (Sutrisno dan Verhaak, 1993: 78) membedakan lima bentuk pengalaman sebagai dasar kebenaran yang dapat dicapai oleh manusia, yaitu: a) seni dengan orientasi keindahan, b) agama dengan orientasi keimanan,  c) ilmu pengetahuan dengan orientasi kebenaran, d) sejarah dengan orientasi kebenaran dalam proses waktu, dan e) filsafat dengan orientasi kebenaran secara menyeluruh. Meskipun karya seni memberikan intensitas pada keindahan, bukan berarti bahwa karya seni tidak mengandung keempat unsur yang lain.
Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 283) bahwa fungsi dapat dibatasi sebagai jabatan, kebesaran ( quantity ) yang berhubungan, dan jika kebesaran yang satu berubah, maka kebesaran yang lainpun berubah juga atau kebesaran yang dapat berubah-ubah dan perubahannya itu tergantung pada kebesaran yang lainnya.     Dalam Kamus  Besar Bahasa Indonesia ( 2005: 283 )  Bahwa fungsi adalah  jabatan ( yang dilakukan ) atau pekerjaan yang dilakukan. Dalam kamus edisi ketiga fungsi berarti kegunaan suatu hal.
Mengacu pada batasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan fungsi  lelakaq dalam penelitian ini adalah status kedudukan yang diberikan pada jabatan tertentu dalam lelakaq yang memiliki fungsi tertentu yang berada dalam penggunaan dan pemakainnya. Perbedaan yang dimaksud berkaitan erat dengan suasanan penggunaan yang berbeda pula. Sehingga dapat dikemukakan bahwa belum tentu semua lelakaq yang telah dikemukakan tersebut digunakan pada tempat yang berbeda-beda penggunaanya.
Dalam upaya memahami makna yang terkandung dalam struktur abstrak terdapat dua kegiatan, yakni (1) interpretasi, dan (2) deskripsi. Interpretasi terhadap makna dalam teks sastra, dalam hal ini harus bertolak dari realitas yang ada dalam teks sastra itu sendiri. Menurut Todorov, meskipun banyak orang   menafsirkan teks sastra lewat filsafat, sosiologi, maupun psikologi, pada akhirnya makna yang diperoleh adalah makna yang hanya berhubungan dengan disiplin ilmu tersebut masing-masing dan bukan makna yang diperiksa oleh teks sastra itu sendiri. Sebab itulah setelah interpretasi, maasih terdapat tingkatan berikutnya yakni, deskripsi.
Menurut Teew dalam bukunya Aminuddin (2011: 124) ada empat tahapan dalam  memberikan makna, pendekatan itu meliputi: (1) pendekatan ekspresif, (2) pendekatan mimesis, (3) pendekatan objektif, dan (4) pendekatan pragmatis atau reseptif. Dalam pemaknaan, lebih lanjut masih dibedakan antara (1) denotation, yakni bila lambang itu menjadi gambar dari sesuatu yang dilambangkan itu sendiri, (2) connotation, yakni bila lambang itu masih mengasosiasikan adanya hubungan makna yang dikandung oleh lambang yang lain. Dalam puisi, makna tersebut terproduksi lewat kode yang bersistem. Akan tetapi, seperti yang di ungkapkan Lotman, sistem kode dalam puisi tidak hanya berkaitan dengan masalah kebahasaan, tetapi juga berkaitan dengan sistem kode dalam puisi itu sendiri.  
2.2 Folklor
Penelitian folklor memang perlu didasari apa dan bagaimana folklor itu. Finnegan ( 1992: 5-8 ) berpendapat bahwa dalam folklor memang ada istilah yang membuat peneliti bingung ( disputed ) Suatu saat peneliti akan bingung dengan istilah oral dan orality, tradisi sastra lisan, werbal art, folk art dan masih banyak lagi. Oral artinya bersifat lisan, adapun folklor sering terkategorikan orally. Folklor memiliki tradisi. Tradisi ( lisan ) bercirikan ( a ) verbal, berupa kata-kata, ( b ) tanpa tulisan, ( c ) memiliki kolektif rakyat, (d) memiliki makna fundamental, ditransmisikan dari generasi kegenerasi.
Berbagai hal yang melingkupi folklor dari waktu ke waktu bisa berubah. Istilah lisan dan tradisi, juga sering berubah. Bahkan, sampai kini kedua istilah ini banyak mengundang debat. Banyak orang yang berpendapat, bahwa keberulangan dalam faktor itu tradisi. Yang menjadi masalah, dalam kurun berapa lama tradisi itu nyatakan tepat. Lalu, bukankah lisan dan tulis itu juga tradisi? Lilitan masalah ini sering mengganggu dalam permaknaan falkltor.
Kiranya telah diyakini, bahwa dengan memahami makna folklor, penelitian tidak akan salah arah. Folklor memang sulit diartikan secara harafiah. Pengertian secara leterlek tentu akan mementahkan kandungan maknanya . Paham secara umum, folklor sering diartikan sebagai kisah lisan. Maka ciri kelisanan, dari mulut kemulut amat menonjol dalam folklor. Namun, perkembangan selanjutnya folklor tidak hanya lisan. Ada folklor yang setengah lisan. Ada pula folklor yang berupa fisik, seperti lukisan, rumah, keris, dan sebagainya. Dari sekian macam definisi folklor sering berbenturan satu sama lain.
Folklor Amerika, Dundes (1963:3) mendifinisikan folklor secara etimologi. Menurut dia, folklor berasal  dari kata folk dan lore. Dari kedua kata itu berarti ada ketergantungan satu sama lain, sehingga membentuk makna folklor. Folk, merujuk pada kelompok populasi. Folk juga berarti kolektif. Kolektif tersebut juga vulgus in populo, yang sering kontras dengan istilah masyarakat. Masyarakat dimaknai sebagai kolektif yang memiliki peradaban (civilization). Folk dipandang tidak beradab (uncivilized) atau tergolong liar (savage, primitive society). Istilah semacam ini, sebenarnya sudah tidak begitu relevan. Oleh karena di era sekarang, folk telah berkembang kearah beradab.
Istilah lore, oleh Dundes tidak dijelaskan lebih jauh. Saya memandang, lore adalah sebuah tradisi folk. Lore merupakan representasi keinginan folk yang ekspresif. Di dalamnya terdapat seni, sastra, budaya, dan segala kata kelakuan folk. Semakin tinggi tingkat berpikir folk, berarti folklor mereka juga semakin canggih. Dengan kata pikir kain, folklor dapat maknai sebagai kekayaan tradisi, sastra, seni, hukum, prilaku, dan apasaja dihasilkn oleh folk secara kolektif. Folklor memiliki jiwa dan milik bersama. Folklor pun merupakan ekspresi masyarakat berbudaya. Jadi, folklore, tradisi, dan kolektivitas tidak bisa dipisah-pisahkan. Ketiganya menyatu dalam diri folklor. Peneliti folklor  tidak akan mampu menghindar dari hal itu manakala hasilnya akan lebih memadai.
Lebih jau lagi, Yadnya ( 1981: 25-28 ) juga menjelaskan folklor adalah bagian kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi dan nasional. Folklor mencakup semua pengetahuan, nilai, tingkah laku, asumsi, perasaan dan kepercayaan tersebar dalam bentuk tradisional melalui praktek-praktek kebiasaan. Ciri dari suatu bentuk adalah folklo-r folklor itu memiliki fungsi bagi sejumlah jenis folklor sangat pentingg sebagai menerapkan tekanan serta kontrol sosial. Pribahasa misalnya sering digunakan untuk menujukan rasa setuju dan pencelaan; pujian terhadap dan patuh pada konvensi sosial yang telah diterima kritik atau mengejek mereka yang menyimpang. Dari pendapat-pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa folklor memang luas jangkaunanya. Penelitian folklor pun amat terbuka meliputi segala hal tentang hidup manusia. Pengenalan kembali tradisi, seni, etika, tingkah laku dan berbagai hal kehidupan nenek moyang yang telah turun temurun merupakan wilayah garapan penelitian folklor. Yang jelas lebih penting lagi penelitan folklor tentu akan menyangkut masalah-masalah kehidupan kolektif  baik tradisional maupun modern.                                     
2.3 Lelakaq Sasaq
Lelakaq berasal dari kata “ lakaq “ artinya pantun, ditambah dengan imbuhan “ le “ yang kemudian menjadi “ lelakaq “, ibuhan “ le tugasnya menyangkut perulangan. Jadi lelakaq artinya lakaq-lakaq dalam bahasa Indonesia disebut pantun ( Azhar, 2002: 17 )
Dari mulai duduk dari bangku SMP, kita pernah mengenal pantun atau lelakaq, baik itu pantun bahasa Indonesia maupun dari bahasa Sasak. Salah satu hasil karya sastra melayu pada masa dulu yang masih dipelihara dan dikembangkan samapi dengan sekarang. Dahulu pantu-pantun digunakan secara luas dan diciptakan,  untuk bermacam-macam kepentingan seperti menyampaikan nasihat, petuah, menyatakan perasaan kasih sayang, mengamalkan dan menanamkan budi peketi, mengembangkan pranata sosial dan untuk menciptakan humor. Kini menggunakan pantun lebih terbatas, misalnya mengisi acara televisi edisi siaran khususnya pada bulan ramadhan,acara gembira seperti perkemahan atau upaya kreatif seorang pembawa acara untuk menciptakan suasana tertentu ( Dananjaya, 1984: 54 )
Lelakaq merupakan bentuk pengungkapan secara berirama seperti panjang pendeknya suara serta keras lemahnya tekanan nada yang diucapkan pada bagian-bagian tertentu dalam sebuah syair atau kalimat ( L.Wire Bakti, 2008 )
Lelakaq memiliki pengertian bentuk lagu seni vokal yang liriknya berbentu dang-dang dan pantun. Lazimnya dipergunakan untuk membaca cerita ( dalam L Malik Hidayat, 2006: 14 )
Lelakaq itu sama halnya dengan pantun, Lelakaq ini bisa digunakan menjadi hiburan di saat kita duduk-duduk bersama teman, disaat kita di sawah. Lelakaq ini banyak sekali jenisnya diantaranya lelakaq nasehat, agama,dan  percintaan ( Lalu Ratmaja, 2008: 32 )
2.3.1 Jenis-Jenis Lelakaq
Jenis lelakaq yang ada di Desa Jerowaru  Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur ini beragam mulai dari Lelakaq Nasehat, Agama, percintaan, dan bau nyale dan masih banyak lagi lelakaq yang lain yang terdapat di Pulau Lombok ini.
2.3.1.1 Lelakaq Nasehat
Lelakaq Nasihat adalah lelakaq yang berisi tentang nasihat atau petuah dari para sesepuh dan orang- orang yang memang mempunyai pengetahaun tentang itu untuk di berikan kepada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.



2.3.1.2 Lelakaq Percintaan
Merupakan lelekaq yang berisi tentang luapan isi hati seseorang terhadap yang dicintainya dan biasanya lelakaq ini dilagukan oleh seorang pemuda atau pemudi yang sedang jatuh cinta.
2.3.1.3 Lelakq Agama
 Bersifat petuah atau tuntunan bagi setiap setiap orang yang mempunyai keyakinan untuk dijadikan sebuah pedoman dalam bersikap, bertutur, dan bertingkah laku sesuai dengan etika dan norma yang berlaku pada masyarakat.
2.3.1.4 Lelakaq Bau Nyale
Lelakaq  bau nyale ini biasanya digunakan disaat malam hari dikala menjelang penangkapan nyale dan semua pemuda dan pemudi berbalas lelakaq dan isi kayaknya berkisar tentang perkenalan, merajuk isi hati masing-masing.
2.3.1.5 Waktu Pelaksanaan Penangkapan Nyale
Penangkapan nyale tunggak ( nyale pertama ) dilakukan orang setiap tanggal 19 dan 20 bulan sepuluh menurut perhitungan tahun Sasaq. Nysale poto ( nyale kedua ) ditangkap pada setiap bulan 11 dan 20 bulan keseblasan. Awal suatu tahun ditentukan oleh terbitnya bintang rowot. Bintang rowot dalah suatu gugusan bintang yang terdiri atas tujuh buah bintang. Letaknya disebelah utara. Perjalanannya sama halnya dengan pelanet-pelanet lain. Bulan terbitnya dihitung sebagai bulan satu. Awal terbitnya pada  setiap tahun selalu pada tanggal 5 atau tanggal 15 atau tanggal 25 bulan terbitnya. Dalam satu tahun bintang tersebut dapat dilihat selama enam bulan.
Terbitnya bintang rawot tersebut, khusus dipergunakan oleh petani dalam hubungannya dengan pertanian. Dalam hal ini suku bangsa Sasaq mengenal dua belas bulan, mulai dari bulan satu bulan dua dan seterusnya sampai bulan keduabelas.
Menurut Ahli Biologi, nyale disebut juga cacing kelabang.meskipun bintang ini memiliki kaki yang bentuknya sebagai bintik-bintik kecil tetapi tidak beruras. Karena itu para ahli bioligi, memasuki nyale atau cacing kelabang kedalam bangsa cacing atau anelida. Suatu keajaiban alam yang mengiringi peristiwa perkelaminin itu adalah yurunya hujan, dan kilat semalam untuk sebelum, dan selama peristiwa berkelaminan bintang itu terjadi. Banyak sedikitnya nyale yang mengaembang kepermukaan air berkaitan dengan hujan yang menyertainya. Karena itu peristiwa penangkapan nyale, dijadikan bertanda oleh para petani tentang hasil panen petani yang akan mereka peroleh pada tahun yang bersangkutan. Seperti telah dikemukakan di atas, bila warna nyale lengkap keluar, ( putih, hitam, kuning, gadung, hijau dan coklat ) menujukan padi akan menjadi, berarti panen akan melimpah. Ramalan yang demikian memang logis berdasasrkan kenyataan dari pengalaman. Antara lengkapnya warna nyale yang akan keluar dengan curahan hujan yang akan mendahului dan mengiringinya sesuai. Kalau banyak hujannya, selalu warna nyale lengkap atau sebaliknya.
2.3.1.6 Tradisi Lelakaq Sasaq
Penangkapan nyale bukanlah suatu upacara, tetapi suatu tradisi. Tradisi ini sudah berkembang berabad-abad lamanya. Waktu pelaksanaannya tidak ada yang memimpinya dan tidak ada pula yang mengatur persiapan dan pelaksanaannya. Hampir setiap orang dewasa, pria, wanita, pemilik tradisi mengingat-ingat kapan waktunya nyale ditangka, ingatan mereka dipelihara dan catatan. Bagi yang tidak dapat menulis dan membaca, berusaha membicarakannya dengan teman, tetangga, dan kerabat. Setiap mereka yang ragu tentang kebenaran ingatannya berusaha menanyakan pada orang dianggapnya mengetahui. Pertama kepada Kyai ( pemipin agama ) dan kedua kepada orang yang memiliki catatan.
Pada waktunya mereka datang ke tempat bau nyale yang mereka suka tanpa dikoordinasi oleh seseorang. Yang mungkin terjadi agar ada teman, seseorang dapat saja mengajak orang lain berangkat bersama sama kemudian minginap di tempat yang sama juga.
Bagi mereka yang hendak berjualan, beberapa hari sebelum tiba waktu penangkapan nyale, mereka sudah mempersiapkan tempat berjualan dan lokasi. Barang-barang yang diperdagangkan bermacam-macam makanan dan minuman, buah-buahan,pakaian jadi, alat pelindungdan lain-lain. Suasananya di malam hari mirip pasar malam. Hiburan juga ada yang disediakan oleh kepala desa. Pada waktu penangkapan nyale tanggal 5 Maret 1983, hiburanya berupa Oncer. Oncer adalah suatu bentuk tari tradisional yang memakai pengiring gamelan. Dan belakangan ini banyak sekali jenis hiburan yang dipergelarkan pada malam bau nyale lebih beragam. 
2.4 Struktural
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru ( 1999: 721 ) struktur berarti cara sesuatu yang disusun atas hubungan atau pengaruran unsur-unsur atau bagian-bagian dari sesuatu.
Teori Struktur menurut Sujiman adalah merupakan tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra yang menjadi suatu kebulatan. (Sujuman 1986: 72) Menurut Abrams, merupakan sebuah totalisasi yang dibangun secara koherensif ( dalam Yakti 2003: 19) Striktur suatu karya diartikan sebagai susunan bentuk penegasan dan gambaran semua bahan serta bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah dan semuanya tercakup dalam suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan ( Nurgiantoro, 1995:128 )
Menurut teori Struktural Hawkes, sebuah karya sastra merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya terkait secara padu seperti karya sastra pada umumnya. Lelakaq merupakan karya Sastra yang memiliki struktur yang berupa susunan bentuk tema, gaya dan diksi  (  HB. Jasin 1978: 65 )
Menurut Teuuw analisis struktur bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan kerterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (dalam Teuuw 1984: 135)
Menurut  Abrams Teori Struktur merupakan sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif. Struktur suatu karya diartikan sebagai susunan bentuk, penegasan dan gambaran semua bahan serta bagian yang menjadi komponennya, yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah dan semuanya itu tercakup dalam suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan. Secara lebih khusus struktur sebuah karya sastra merupakan hubungan antar unsur yang bersifat timbale balik, saling menentukan, dalam bentuk, tema, gaya, dan diksi ( dalam Nurgiantoro 1995: 54 )

2.5 Semiotik
Karya Sastra merupakan struktur yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunaksan medium bahasa ( dalam Yakti 2003: 8 )
Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistim semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti.medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas ( netral ) tetapi lambing-lambang atau tanda-tanda kebahasaan berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut semiotik. Hal yang penting dalam lapangan semiotik. Lapangan system tanda adalah pengertian tanda itu sendiri. Dalam pengertian tanda ada dua perinsip yaitu penanda ( significr ) atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda dan penanda ( signified ) atau yang ditandai, yang merupakan arti tanda.
Berdasarkan hungungan antara petanda dan penanda, ada tiga jenis tanda pokok yaitu ‘ikon’, ‘indeks’, simbol’. Ikon adalah tanda hunguban antara penanda dan petandanya bersifst persmaan bentuk alamiah misalnya potret orang memandai orang yang dipotret. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat.

2.6 Penelitian yang Relevan.
Penelitian yang mengambil obyek folklor khususnya folklor lisan daerah Lombok tidak terlalu banyak, terlebih lagi yang mengambil obyek seni lelakaq. Adapun penelitian yang dilakukan, diantaranya, dilakukan oleh Sudirman ( 1998 ) Ekan ( 1997 ) Sujana ( 1998 ) Afifuddin, Dkk ( 1995 ) Aswandikari ( 1999 )  Zubaidi ( 1997 )  Penelitian yang dilakukan Sudirman  ( 1998 ) dalam skripsinya ia menitik beratkan tentang nilai-nilai kependidikan dari folklor lisan, yaitu sesenggak, khususnya di Lombok Utara. Ia menguraikan jenis-jenis folklor lisan yang terdapat di wilayah Lombok pada umumnya yaitu:  Lelakaq adalah sejenis sajak yang terdiri atas; baris lampiran dan isi paling sedikit dua baris, diungkapkan dengan cara dilagukan, terutama pada acara bau nyale, tarian joget, di ungkapkan oleh pemuda pemudi. Pantun adalah nyanyian rakyat yang berbentuk lagu-lagu daerah, pantun hampir sama dengan lelakaq, tetapi kadang-kadang sama dengan lelakaq tergantung dari syairnya. Tandak adalah sebenarnya sama degan lelakaq, hanya diungkapakan pada waktu khusus, yaitu diungkapkan oleh pemuda saat pulang berkunjung ke rumah pacarnya saat berpergian jauh.
Penelitian yang dilakukan Ekan Mutraji ( 1997 ) ia meneliti lelakaq berdasakan pola pembentuknya, yaitu berisi tentang penyususna baris, bait, dan jumlah kata setiap baris. Penelitian sudjana dkk ( 1998 ) membahas tentang humor Sasak yang isinya mengenai, Fungsi Humor Sasak Sebagai Sarana Hiburan, Pendidikan, dan Untuk Melakukan Kritik Sosial. Penelitian Afifuddin dkk ( 1995 ) tentang folklor lisan dongeng Sasak dan aspek pendidikan moral yang terkandung dalam dongeng Sasak. Dongeng dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup dalam menjalani hidup dan kehidupan. Aswandikari ( 1999 ) meneliti tentang dongeng Sasak yang berkaitan dengan aspek lingkungan hidup, berisi tentang pelukisan adat dan kebiasaan masyarakat Sasak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Zubaidi dkk (1997)  meneliti tentang pantun Sasak, berisi tentang nilai-nilai kependidikan pantun Sasak dan pengaruhnya terhadap nilai hidup dan pola kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa, diperlukannya kajian yang lebih mengkhususkan tentang lelakaq yang terdapat di pulau Lombok khususnya tentang bentuk, fungsi, dan makna lelakaq  bau nyale.








BAB III
METODE PENELITIAN
Metode kajian sastra lisan, sedikit berbeda dengan sastra lain. Kajian sastra lisan membutuhkan metode khas. Kajian sastra lisan seyogyanya meliputi: (1) pengumpulan ( collection ), klasifikasi (classifition), dan analisis ( analysis ) ( Dundes, 1968: 121 ) koleksi sastra lisan, dimaksudkan untuk pelastarian. Koleksi data dapat meliputi aspek seks umur,propesi pemilik, sehingga diketahui peranannya. Yang paling penting direnungkan adalah penyataan tokoh tersebut. Penulis juga mengiakan gagasan ini. Sebab dengan koleksi, pemahaman, dan analisis satra lisan akan diketahui pula tradisi pemiliknya. Siapa tahu ada sastra lisan yang dianggap berkah, lalu ditulis, dirawat sedemikiian rupa, hingga ada yang dukutuki buku menyan dengan alasan untuk keselamatan. Maka pengkajian sastra lisan, perlu samapai pada tingkat peranan ( rules )
Secara rinci pengkajian sastra lisan yang berusaha menemukan orisinallitas dan fungsi, dapat dikelompokkan dalam beberapa ranah: ( 1 ) historical orgins, yaitu studi kearah sejarah kapan di mana sastra lisan itu ada, ( 2 ) psychological origins, atrinya studi kearah mengapa sastra lisan ada, sifat-sifat apa yang melekat yang melekat di dalamnya, dorongan kejiwaan apa yang melekat di dalamnya. Dua sifat penting sastra lisan yang perlu dicermati adalah multiple extence dan irracionality. multiple extence berkaitan dengan aspek ( a ) monogenesis ( one birth ) dan diffusion dan ( b ) poliginesis ( many birth). Monogenesis adalah sifat sasatra lisan yang original kemudian disebarkan. Poligenesis, adalah temuan sebaliknya yaitu sastra lisan yang sama diberapa waktu dan wilayah.
Ikhwal irasionalitas, berkaitan dengan unsur megik dalam sastra lisan. Unsur ini dapat dijelaskan melalui pendekatan simbolik. Atas dasar hal tersebut berarti kajian sastra lisan kota boleh juga dicocokkan dengan sumber tulis. Kajian dapat menelusuri data lapangan ( data primer ) dan skunder ( yang tertulis atau dokumen lain). Metode kajian tergantung wawasan yang hendak diraih. Dalam kaitan ini Abrams ( 1981: 3-29 ) menawarkan empat ranah kajian yatu : ( a ) pendekatan yang memerhatikan karya itu sebagai objek yang dibina melalui teknik-teknik tertentu atau pendekatan objektif. (b) pendekatan yang memerhatikan karya sebagai ungkapan emosi atau misi pribadi si pengarang, atau pendekatan ekspresif  ( c ) pendekatan yang memerhatikan hubungan antara dunia dengan karya sastra lain dengan realitas di dalam semesta di luar karya.
3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian  
3.1.1 Populasi
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel (Komarudin, 1987: 53). Pendapat lain disebutkan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi” (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Populasi adalah keseluruhan sabjek yang dijadikan sasaran penelitian, populasi yang ada di Desa Jerowaru yang terkait dengan lelakaq adalah semua  orang yang memiliki dan mengerti tentang lelakaq tersebut.
3.1.2 Sampel
 Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi (Suharsimi Arikunto, 1998: 140). Pendapat lain mengatakan bahwa sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang digunakan dalam penelitian (Wirasapta K, 1995:48). Mengingat jumlah populasinya besar maka peneliti mengambil 20 % dari jumlah populasi yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa “Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjeknya besar maka dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih tergantung dari setidak-tidaknya kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana (Suharsimi A, 1997: 112).
Penelitian di lakukan di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur merupakan desa yang memiliki banyak informan seperti tokoh masyarakat, tokoh adat dan ahli lelakaq dengan batasan usia minimal 40 tahun; serta masyarakatnya sebagian besar mengerti dan memakai lelakaq untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa tokoh masyarakat dan ahli lelakaq yang dapat dijadikan sebagai informan adalah sebagian dari populasi yang ada. Kemudian yang dapat dijadikan sampel penelian adalah 4 orang sebagai informan,  Adapun kriteria informan sebagai berikut:
1. Informan berusia minimal 40 tahun.
2. Informan harus mengerti dan memahami tentang lelakaq.
3. Informan adalah seorang tokoh masyarakat yang mengetahui seluk-beluk lelakaq, yang berkembang di dalam masyarakat lokasi penelitian.
4. Informan seorang tokoh adat yang selalu menggunakan lelakaq, terutama dalam setiap acara.
5. Informan seorang ahli lelakaq  yang mengetahui sejarah, ruang lingkup, terutama mengenai bentuk, fungsi lelakaq, khususnya lelakaq bau nyale.
3.2  Metode Pengumpulan Data.
3.2.1 Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis dalam meningkatkan  gejala atau fenomena yang diselidiki ( Sutrisno Hadi, 1982: 136 ). Pendapat lain mengatakan observasi adalah suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata dalam meningkatkan  kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada kejadian itu terjadi ( Bimo Walgito, 1993: 54 ).
Obsevasi dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat data‑data yang diperoleh dari wawancara. Di mana observasi ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Yang diobservasi dalam penelitian ini adalah bagaimana eksistensi lelakaq  dalam acara ataupun tradisi bau nyale yang dibacakan oleh pemuda dan pemudi pada malam hari, observasi juga digunakan untuk mengetahui bagaimana bentuk, fungsi, dan makna pada lelakaq di Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.
3.2.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh seorang pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan (Arikunto, 2006: 155). Metode wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah tanya jawab secara lisan antara peneliti dengan responden, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas dan terarah.
            Wawancara dilakukan pada tokoh masyarakat, tokoh adat, dan ahli lelakaq yang ada di Desa Jerowaru. Materi yang akan menjadi bahan wawancara adalah secara garis besar mencangkup bentuk, fungsi dan makna lelakaq bau nyale  dengan tujuan untuk memperoleh data secara lengkap, dan tidak ada pokok yang tertinggal. Wawancara dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara dan narasumber yang akan menjadi informan tempat pemperoleh data yang dibutuhkan.
3.2.3 Pencatatan
Metode pencatatan ini sangat perlu, karena objek yang diteliti adalah hal yang tersembunyi dan penuh dengan syarat-syarat (tidak semua orang mengetahuinya), baik dalam proses penerimaan lelakaq-lakaqnya. Berhubungan dengan metode pencatatan ini, peneliti akan mencatat hal-hal yang perlu dan mungkin sulit untuk tidak dicatat (menggunakan cara lain) seperti syarat, kode atau sandi dalam pemakaian lelakaq pada informan atau narasumber yang berkompeten dibidangnya.
Pencatatan dilakukan  berkisar pada bentuk, fungsi, dan makna lelakaq bau nyale dan dilakukan pada saat wawancara berlangsung. Dengan tujuan untuk mengingat data yang diperoleh.
3.2.4 Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu sebuah metode yang apabila dalam pengumpulan data dirasakan sulit atau terlalu banyak untuk dicatat maka penulis akan menggunakan alat rekam (recorder/sejenisnya) untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan ritual lelakaq bau nyale. Teknik ini dilakukan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dan kumpulan jenis-jenis lelakaq yang telah didokumentasikan yang akan dianalisis.


3.3  Metode Analisis Data
Menurut Ahli Psikologi Sosial Mead ( Duncan, 1962: 82 ) dalam bukunya Kutha Ratna yang dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pengalaman estetis adalah kemampuan untuk mengungkapkan keindahan. Dalam ilmu sosial dan ilmu kealaman pada umumnya semua data di atas menjadi satu dengan data analisis, kemampuan untuk menguraikan objek sesuai dengan kaidah- kaidah, metode dan teori pengetahuan tertentu.
Langkah –langkah yang di lakukan dalam menganalisis sastra  dalam bukunya Kutha Ratna (2007: 401), Schleiermacher (Palmer, 1982: 77-78) mengajukan tiga tahap proses pemahaman, yaitu: a) pemahaman historis, pemahaman isi karya, b) pemahaman gramatikal, pemahaman yang berkaitan dengan karya sastra, dan c) pemahaman jiwa pengarang dan semangat zamannya. Ketiga proses pemahaman tersebutdisejajarkan dengan tiga tingkat penjelasan, yaiti : a) penjelasan huruf yanng menjelaskan bahan baku sebuah teks (lelakaq), b) penjelasan makna,dalam hubungan ini di sebut bentuk teks, dan c) penjelasan latar belakang pikiran dan kejiwaan teks (lelakaq).
Dalam karya seni, khususnya karya sastra, hermeneutika dianggap sebagai metode, sejajar bahkan sinonim dengan interpretasi, pemahaman, verstehen, dan deskriptif analisis. Dengan cara kerja yang hampir sama, dalam ilmu sosial disebut dengan metode kualitatif. Metode apapun bentuknya jelas memerlukan teori. Teori disesuaikan dengan sifat objek yang akan dianalisis, baik Teori Strukturalisme maupun pstrukturalisme dengan masing- masing variannya. Teori dengan metode tidak perlu di aplikasikan secara persis sama sebagaimana di isyaratkan oleh para penemunya. teori dan metode dapat dimodifikasi sesuai dengan objeknya (Kutha Ratna, 2007 : 41)
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif adalah cara penelitian yang lebih cenderung memaparkan apa adanya yang ditemui dilapangan tanpa menganalisis lebih ke dalam. Jadi metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian semua data yang telah digunakan dan dianalisis.
Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan anggaran penelitian, sehingga metode deskriptif kualitatif dapat dipilih oleh peneliti. Selain dari persoalan waktu dan dana, penelitipun terganjal oleh kemampuan yang lebih rendah baik dari aspek pengetahuan yang menyangkut teori-teori dan sedikitnya pengalaman dalam masalah penelitian.
Dalam rangka penyusunan karya tulis ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan langkah kerja yang digunakan adalah:
a.       Mengumpulkan hasil penelitian yaitu lelakaq bau nyale di Desa Jeroawaru dari informan.
b.      Menyelesaikan dan mengklasifikasikan data dari hasil penelitian.
c.       Menguraikan dan menyimpulkan hal yang membangun suatu lelakaq dengan menggunakan teori struktural serta menggunakan bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung dalam lelakaq di masyarakat Jerowaru
d.      Membuat kesimpulan akhir unsur  yang terkandung dalam lelakaq.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitia
Desa Jerowaru merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan jerowaru kabupaten lombok timur dengan luas wilayah  adalah 1,945 km2. dengan ketinggian ± 4,10 mdl dari permukaan laut. Dengan curah hujan rata- rata 1.700 mm per tahun. Adapun batas-batas wilayah Desa Jerowaru sebagai berikut :
-          Sebelah Utara              : Desa Batu Putek
-          Sebelah Selatan           : Desa Pemongkong
-          Sebelah Barat              : Desa Pandan wangi
-          Sebalah Timur             : Desa Ketapang Raya
Wilayah Desa Jerowaru terbagi menjadi 9 (sembilan) Dusun dan di bawah ini dirincikan jumlah dan nama dusunnya:
Tabel 01. Nama Dusun yang Ada di Desa Jerowaru Kecamatan Jeruwaru Kabupaten Lombok Timur
No
Nama Dusun
1
Dusun Jerowaru Daye
2
Dusun Jerowaru Bat
3
Dusun Jerowaru Lauk
4
Dusun Montong Wasi
5
Dusun Orong Bukal
6
Dusun Sepapan
7
Dusun Tutuk
8
Dusun Jor
9
Dusun Telong elong
Jumlah
9
Sumber : Profil Desa Jerowaru 2012.
Apabila dilihat dari luas wilayah yang ada, maka dapat dirinci penggunaan tanahnya sebagai berikut :
Tabel 02 : Data Peruntukan Tanah di Desa Jerowaru
No
Jenis Peruntukan
Luas (Ha)
1.
Pemukiman
255
2
Persawahan
1.338
3
Perkebunan
85.9
4
Perkantoran Pemerintahan
81.5
5
Kuburan
11
6
Lapangan Olahraga
11.8
7
Taman
-
8
Prasarana
-
Jumlah
3.396
Sumber : Profil Desa Jerowaru 2012.
Tabel 03 : Data Jumlah Penduduk Dirincikan Menurut Golongan Dan Jenis Kelamin Di Desa Jerowaru Tahun 2012
No
Golongan Umur
Jenis Kelamin
Jumlah Orang
Presentasi
Laki
Perempuan
1
0-5 Tahun
400
454
854
7,89%
1
2
3
4
5
6
2
6-13 Tahun
723
891
1614
10,47%
3
14-18 Tahun
410
539
949
10,47%
4
19-25 Tahun
700
724
1424
9,88%
5
26-45 Tahun
1173
1200
2373
55,50%
6
46-57 Tahun
865
938
1803
16,33%
7
58 keatas>
198
280

0,46%
Jumlah
4467
5030
9494
100%







     Sumber : Profil di Desa jerowaru 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Jerowaru Kacamatan Jerowaru Kabupaten Lombok timur adalah 9494 orang,yang terdiri dari 4467 laki laki,dan 5030 perempuan.dengan golongan umur produktif mencapai 55,50% dan jumlah golongan umur non produktif 16,33%.
4.2  Keadaan Sosial Ekonomi
Desa Jerowaru bila dilihat dari segi mata pencaharian penduduknya bisa dikatakan merata memperoleh mata pencaharian dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 04 :Data Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa     Barat Tahun 2012
No
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
Presentasi
1
Petani
3.319
36,50%
2
Buruh tani
819
51,08%
3
PNS
94
9,89%
4
Perajin industri RT
28
0,9%
5
Peternak
227
24,90%
6
Nelayan
210
3,52%
7
Montir
20
0,52%
8
Bidan
3
0,03%
9
Pengusaha kecil
25
1,57%
10
Dukun kampong terlatih
1
0,55%
11
Karyawan pemerintah
12
6,01%
12
Karyawan swasta
89
1,01%
Jumlah
4.856
100%
Sumber : Profil di Desa jerowaru 2012
Dari tabel di atas dapat di lihat sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Jerowaru Kacamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur sebagai petani 36,50% dan buruh tani 51,08%. Untuk mendukung aktivitas masyarakat Desa Jerowaru Kacamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur maka terdapat berbagai jenis alat transportasi seperti pada tabel berikut :
Tabel 05 : Data Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Ada   di Desa Jerowaru Tahun 2012
No
Jenis Lembaga Pendidikan
Jumlah
1
Jenis Taman Kanak- Kanak
5 unit
2
SD/Madrasyah Ibtida’iyah
8 unit
3
SLTP Sederajat
3 unit
4
SMU/ Madrasyah Aliyah
3 unit
5
Perguruan Tinggi swasta


Jumlah
19 unit
Sumber : Profil di Desa jerowaru 2012
Dari tabel di atas dapat di lihat sarana pendidikan yang tersedia di desa jerowaru kacamatan Jerowaru kabupaten lombok Timur terdiri dari  5 taman kanak- kanak, 8 SD, 3 SMP, 3 SMA, . jumlah penduduk laki-laki 6.117 jiwa dan perempuan 6.841 jiwa dengan jumlah penduduk 12.959 jiwa.
4.3 Sejarah Tradisi Bau Nyale
Menurut dongeng bahwa pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan inSi dibuat ruangan - ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran - pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cintar. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri. Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang. Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusan Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka. Kenapa sang putri menolak lamaran ? Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat wasit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 ( bulan Sasak ) menjelang pagi - pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai Kaliantan. Tanpa diduga - duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak - anak sampai kakek - kakek pun datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun - duyun datang dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar menanti kehadiran sang putri.
Betul seperti janjinya. Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari - hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat halus. Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru ? Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.? Bersamaan dan berakhirnya kata - kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya - tanya memikirkan kata - kata itu. Tanpa diduga - duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar. Tidak ada tanda - tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai - ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak - banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya. Itulah kisah Bau Nyale. Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun - temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Kaliantan. Setiap tanggal duapuluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di pantai Kaliantan Kabupaten Lombok Timur selalu berlangsung acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Acara yang menarik itu bernama Bau Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan Nyale, sejenis cacing laut yang hidup di lubang - lubang batu karang di bawah permukaan laut. Penduduk setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya.? Itulah yang berkembang selama ini,? ujar Lalu Wirekarme yang pernah menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.
Tradisi menangkap Nyale (bahasa Sasak Bau Nyale) dipercaya timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dengan segala isinya termasuk binatang sejenis Anelida yang disebut Nyale. Kemunculannya di pantai Lombok Selatan yang ditandai dengan keajaiban alam sebagai rahmat Tuhan atas makhluk ini. Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar disertai dengan tiupan angin yang sangat kencang. Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama, malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda, berganti dengan hujan rintik - rintik, suasana menjadi demikian tenang, pada dini hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung - gulung bersama ombak yang gemuruh memecah pantai, dan secepat itu pula Nyale berangsur - angsur lenyap dari permukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur. Dalam kegiatan ini terlihat yang paling menonjol adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang dapat terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional. Keajaiban Nyale bagi suku Sasak Lombok telah menimbulkan dongeng tentang kejadian yang tersebar hampir keseluruh lapisan masyarakat Lombok dan sekitarnya. Dongeng ini sangat menarik dengan cerita yang sangat romantis dan berkembang melalui penuturan orang - orang tua yang kemudian tersusun dalam naskah tentang legenda Nyale.
4.4  Penyajian Data
4.4.1  Bentuk  Lelakaq Bau Nyale
Secara kontektual berdasarkan nilai estetik dan proses penciptaannya  berupa tema, gaya bahasa, bunyi dan diksi (pemilihan kata). Lelakaq yang biasa digunaka oleh masyarakat pada saat bau nyale  sangat banyak, konteks lelakaq yang digunakan tergantung pada situasi penggunaannya, misalnya lelakaq pada saat bau nyale, pada saat bau nyale beraneka ragam lelakaq yang digunakan antara lain: lelakaq nasihat, agma, percintaan dan lain lain. Lelakaq seperti ini biasa digunaka oleh orang tua dan muda-mudi.
Berikut disajikan data lelakaq yang biasa digunakan oleh masyarakat pada saat bau nyale di Kaliantan Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru:
1. Bageq malang leq semawaq       : Asam malang di sumbawa
Anaq jaran saq leq sepit            : Anak kuda di sepit
Tabeq walar yaqku belakaq       : Permisi saya mau berpantun
Ndaq paran ndk tertib                : Jangan kira saya tidak tertib
2. Uah ngoneq tiang nganteh         : Sudah lama saya menunggu
 Batur  lueq saq jaoq gati           : Orang banyak yang sangat jauh
 Laillahhailellah tanjung batu : Laillahhailellah tanjung batu
 Mun tembok Rajang rau           : Kalu tembok melangkahi sawah
Lailahhaillellah kelacork aku     : Lailahhaillellah saya hilaf
Lacork erup jari tau                   : Saya hilaf jadi manusia
3. Eling asih sandu bayue               : Eling asih sandu bayue
Tebaq nurge epen bale              : Permisi tuan rumah
Niki tiang matur                         : Ini saya sampaikan
Tipaq pelungguh senamean       : Kepada kalian semua
4. Poyong, peraye,                          : Eling asih sandu bayue
Penujaq, Batu jai                       : Penujaq, Batu jai                 
Tolong alahtaale                        : Mita tolong alahtaale
Kepusak salaq laingkh               : Saya nyasar salah arah
5. Ike-Ike talin sait                          : Ike-ike tali timba
Roros waru talin banten            : Bawa waru tali banten
                      Ie gawaek ye yakm dait             : Itu  dikerjakan itupula didapati
Payun nurut jari penganten       :  Jadi ikut jadi pengantin
6. Batik rembang beteluki               : Batik rembang diukir
Bune rarak dayen dese              : Buah bune di utara desa
Apik entnmun muni                    : Hati-hati sewaktu berbicara
Uni salak jari kelile                    : Salah bicara jadi sengsara
7. Pinaq pendaiq bawaq bageq      : Buat timba bawah pohon asam
Gulung benang talin tipah         :Llipat benang tali tikar
Dendek merarik maseh kodek    : Jangan menikah masih kecil
Lamun lakar jari penyusah        : Kalau akhirnya jadi penyakit
8. Kelueq pelisak langan                : Banyak buah dipinggir jalan
Pelisaq rau saq lueq gati           :  Buah dikebun banyak sekali
Kelueq pisaq dengan                 : Walaupun orang lain banyak misan
Pisaq aku marak bidedari          : Tapi misanku kayak bidadari
9. Kepal keceq bande pindang       : Kapal kecil bawa pindang
Tanaq marong jari tembok        : Tanah marong jadi tembok
Eleqt keceq pade girang            : Dari kecil kita bersama
Lebur anyong saling saoq          : Hidup dan mati hancur bersama
10. Beli sie eleq pejanggiq : Beli garam di pejanggik
Kajuq buaq bawon batu                        : Pohon buah di atas batu
Timaqn ndeq bajang gati           : Meskipun tidak terlalu muda
Timaqn toaq masih payu           : Meskipun tua masih jadi
11. Engat timuq punik raden          : Lihat ke timur sawah raden
Sepiring jangan udang               : Sepiring daging udang
Ngeleng ngeuk jari penganten   : Resah  gelisah jadi pengantin
Inggas teiring ingat utang          : Selesai diiringi ingat hutang
12. Perlisaq gali gase                     : Buah gali gase
Timbang balang gule daye        : Menimbang gula di utara
Begitaq sekali mase                   : Melihat sekali semusim
Sikut langan ruge tame              : Ukur jalan   masuk
13. picaq boq leq mamben                         : Injak bok di mamben
Pete deket mamben                    : Cari didekat mamben
Timak lueq jaji berayem            : Meskipun banyaq janji pacarmu
Side doing taoqn mate angenkh : kamu aja tenpat saya menaruh  hati
14. Sejai udal tune                          : Piring udang tune
Sejembung daun seneq              : Semangkoq daun senek
Sai epen kembang terune           : Siapa punya kembang bujang
Silaq dukung jari bineq              : Mari kita dukung jadi benih
15. Kayuk waru jari apit                 : Pohon waru jadi ulatan
Buaq are sintung tumpah           : Buah are jadi tumpah
Bebalu jari penyakit                   : Janda jadi penyakit
Dedare jari penyusah                : Perawan bikin susah
16. Tempani tepung paleng            : Jajan tepung tempani
Jeluang jari rokoq                      : Pelastik jadi rokok
Lamun bani Lebur bareng         : Kala berani hancur bersama
Dalem luang taokte besopoq     : Dalam lubang kita bersatu
17. Aku gitaq kerate mondah           : Aku lihat burung kereta istirahat
Bareng-bareng semet                 : Sama-sama kita jaring
Aku gitaq dedare solah              : Saya lihat gadis yang menawan
Bareng-bareng pade melet        : Sama-sama kita pikat
18. Bejukung siq perau                   : Menyebrang memekai perahu
Rembuaq balen pakis                 : Rembuaq rumah pakis
Beruntung ndkte  bau                 : Meski tidak jodoh
Timakte saq uah saling tangis    : Meskipun kita saling tangisi

19. Dendeq tumput telage sisiq       : Jangan menumbun kolam sisisq
Tumput setapaq pitu telage     : Menimbun kolam secukupnya
Dendeq torot paksak diriq       : Jangan terlalu memaksa diri
Turut mupakat selapuk keluarge: Ikut mufakat semua keluarga
20. Bale balaq bale tinggang          : Rumah bertingkat, rumah tinggi
Bale balaq kun atas kute         : Rumah bertingkat di atas kuta
Sai eak balakh lamun uah girang:Siapa melarang kalausudah sering
                     Timakh yak telagaqs masihkaq suke: Meski di dilang akan saya suka
21. Kacang daong kakenm             : Hanya kacang yang kamu makan
Ndkm ktaon sampim lepa          : Tidak tau gigimu empong
Bajang doang angnm                : Kamu hanya ingin berjiwa muda
Ndkm ktaon gigim pengas         : Tapi tidak tau gigimu ompong         
22. Ku belauq ku bedaye                : Aku ke selatan aku ke utara
Bangket punik baruk tambah     : Sawah kecil baru dicangkul
Mun merarik pade wayen          : Kalau menikah pada umur sebaya
Maraq cungkliq unin lasah   : Seperti alat pertukangan bunyi rajang
4.4.2 Fungsi Lelakaq Bau Nyale.
Berdasakan teori fungsional, fungsi lelakaq Bau Nyale dapat ditentukan bahwa setiap hasil kreasi budaya memiliki fungsi yang disesuaikan dengan kebiasaan dan aturan hidup masyarakat kolektifnya. Begitu juga halnya dengan lelakaq bau nyale  ini terbentuk dengan satu tujuan yang memiliki pranan penting dalam masyarakat khususnya di daerah penelitian. Lelakaq bau nyale  memiliki beberapa fungsi penting yang digambarkan dalam lelakaq yang dibacakan dalam pelaksanaan tradisi atau Bau nyale: 
Lelakaq no. (1) berfungsi seorang yang sedang melagukan lelakaq memberitahukan kepada semua orang atau masyarakat kalau dia ingin melagukan lelakaqnya, Lelakaq no. (2) berfungsi sebagai perotes dan sendirian yang ditujukan kepada Pemuda tentang keterlambatannya, dan sekaligus menggambarkan kepada masyarakat tentang pentingnya waktu dan kesempatan, karna waktu tidak bisa terulang kembali dan oleh karena itu lelakaq ini juga mengajak masyarakat untuk menghargai waktu dan jaji. Lelakaq no. (3) berfungsi sebagai salam pembuka dan sekaligus permintaan maafnya atas keterlambatanaya dan berharap alasannya dapat diterima. Lelakaq no. (4) berfungsi untuk menjelaskan kejadian yang dialami Pemuda  sebab keterlambatannya tiba diacara tersebut.
Lelakaq yang berfungsi sebagai peredam ketegangan yang terjadi antara kedua pelakaq terlihat pada lelakaq di bawah ini:
 Ku belauq ku bedaye           : aku ke selatan aku ke utara
Bangket punik baruk tambah : sawah kecil baru dicangkul
Mun merarik pade wayen     : kalau menikah pada umur sebaya
Maraq cungkliq unin lasah      : seperti alat pertukangan bunyi ranang
Lalakaq di atas merupakan contoh lelakaq yang berfungsi sebagai peredam ketegangan dan sebagai hiburan yang berisi lelucon dan gambaran kehidupan dalam masyarakat Desa Jerowaru. Dapat dilihat juga pada lelakaq di bawah ini:

Perlisaq gali gase                 : buah gali gase
Timbang baling gule daye    : menimbang gula di utara
Begitaq sekali mase              : melihat sekali semusim
Sikut langan ruge tame         : ukur jalan   masuk
Lelakaq di atas menggambarkan kisah percintaan muda-mudi yang sedang kasmaran hingga akhirnya menikah hanya karena pertemuan pertama dan sekilas pandang. Lelakaq sebagai nasihat dan peringatan kepada masyarakat. Fungsi lelakaq sebagai peringatan atau naihat khusus untuk masyarakat kolektifnya sebagai pegangan, khusus untuk para pemuda sebagai bahan pertimbangan jika ingin melakukan suatu pernikahan. Hal tersebut dapat dilihat pada lelakaq di bawah ini;
Pinaq pendaiq bawaq bagwq           : buat timba bawah pohon asam
Gulung benang talin tipah                : lipat benang tali tikar
Dendek merarik maseh kodek           : jangan menikah masih kecil
Lamun lakar jari penyusah   : kalau akhirnya jadi penyakit
Lelakaq ini sebagai peringatan yang berisikan tentang, setiap memilih calon pendamping hendaknya perlu banyak pemikiran dan pertimbangan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Lelakaq berikutnya yang mengandung fungsi yang sama terlihat pada lelakaq bau nyale berikut:
Kayuk waru jari apit             : pohon waru jadi ulatan
Buaq are sintung tumpah      : buah are jadi tumpah
Bebalu jari penyakit              : janda jadi penyakit
Dedare jari penyusah           : perawan bikin susah
Lelakaq di atas mengandung nasihat khususnya untuk para pemuda, karena untuk melansungkan suatu mahligai rumah tangga penuh dengan hambatan dan rintangan mulai dari proses “merariq” hingga menempuh kehidupan rumah tangga. Lelakaq berikutnya yaitu:
 Engat timuq punik raden                 : Lihat ke timur sawah raden
Sepiring jangan udang                      : Sepiring daging udang
Ngeleng ngeuk jari penganten          : Resah  gelisah jadi pengantin
Inggas teiring ingat utang                 : Selesai diiringi ingat hutang
Lelakaq di atas mengandung nasihat tentang bahwa melangsungkan pernikahan membutuhkan biaya yang cukup besar dan lelakaq ini menganjurkan, seandainya akibat dari suatu perbuatan itu akan menyusahkan alangkah baiknya jika berfikir terlebih dahulu, apalagi akibatnya adalah beban berupa utang.
4.4.3 Makna Lelakaq Bau Nyale
Dalam setiap lelakaq bau nyale yang dibacakan oleh orang yang ahli dalam lelakaq mengandung makna tertentu, pemilihan setiap lelakaq yang dibacakan dilihat dari segi makna yang terkandung, dengan upaya melihat realita  yang menempatkan subtansi lelakaq bau nyale dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru pada masa sekarang.
Makna lelakaq no. (2) yaitu; Merupakan pengungkapan penyesalan dan keluhan yang sangat, atas kelakuan orang yang ditunggunya, yaitu pemuda  yang dianggap sebagai tamu agung, tetapi karna keterlambatan itu pemuda  menganggap dirinya tidak dihargai sampai-sampai penyesalan itu di ibaratkan seperti hidup yang begitu sial dan tak berharga. Makna lelakaq no. (3) yaitu pengungkapan maaf dan mengemukakan alasan tentang keterlambatanya yang tidak disengaja, yaitu tidak lain karena ia tersesat. Makna lelakaq no. (4) yaitu bermakana pengungkapan salam dan permintaan maaf mengharapkan kedatanganya dapat diterima sebagai tamu di tengah-tengah yang punya Makna yang mengungkapkan tentang resiko atau akibat yang akan didapat terhadap suatu perbuatan. Hal ini terlihat pada lelakaq berikut:
Ike-Ike talin sait                  : Ike-ike tali timba
Roros waru talin banten     : Bawa waru tali banten
            Ie gawaek ye yakm dait      : Itu  dikerjakan itupula didapati
            Payun nurut jari penganten:  Jadi ikut jadi pengantin      
Lelakaq ini mengungkapkan tentang akibat suatu perbuatan seorang wanita yang berani menyanggupi sebuah pernikahan. Makna yang mengungkapkan kejadian atau situasi yang diambil oleh sepasang penganten baru. Makna seperti di atas ditunjukan oleh lelakaq berikut;
Ticaq boq leq mamben         : Injak bok di mamben
Pete deket mamben               : Cari didekat mamben
Timak lueq jaji berayem       : Meskipun banyaq janji pacarmu
Side doing taoqn mate angenkh        : kamu aja tenpat saya menaruh  hati
Lelakaq di atas mengungkapkan tentang pelukisan keadaan suatu pernikahan antara muda-mudi dalam usia yang sebaya. Maka yang mengungkapkan tentang kesetiaan sepasang kekasih yang saling mencintai. Hal di atas terlihat pada lelakaq berikut:
Tempani tepung paleng        : Jajan tepung tempani
Jeluang jari rokoq                 : Pelastik jadi rokok
Lamun bani Lebur barenga  : Kala berani hancur bersama
Dalem luang taokte besopoq: Dalam lubang kita bersatu
Lelakaq di atas mengandung makna pengungkapan kesetiaan dua orang kekasih yang berjanji akan selalu bersama walau apapun yang akan terjadi dan apapun yang akan di terima mereka akan selalu siap. Makna yang mengungkapkan tentang pelukisan keadaan kehidupan masyarakat daerah lokasi penelitiannya, berisi tentangkebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menjalani kehidupannya khususnya untuk kebiasaan kaum muda dan kaum tua sebelum melanjutkan suatu ikatan pernikahan. Hal tersebut terlihat pada lelakaq di bawah ini:
Sejai udal tune                      : Piring udang tune
Sejembung daun seneq         : Semangkoq daun senek
Sai epen kembang terune      : Siapa punya kembang bujang
Silaq dukung jari bineq         : Mari kita dukung jadi benih
Lelakaq ini mengugungkapkan tentang kaum muda sebelum menentukan pilihan sebagai pasangan hidupnya, mereka cendrung untuk memilih seorang gadis daripada memilih seorang janda. Dan lelakaq senlanjutnya adalah menggambarkan kebiasaan kaum tua yang selalu tidak pernah mau menyadari keaadaan dirinya yang sudah tua, tetapi selalau memiliki semangat tidak kalah dan orang yang lebi muda darinya. Hal seperti di atas mencerminkan pada lelakaq berikut:
Beli sie eleq pejanggiq          : Beli garam di pejanggik
Kajuq buaq bawon batu       : Pohon buah di atas batu
Timaqn ndeq bajang gati      : Meskipun tidak terlalu muda
Timaqn toaq masih payu      : Meskipun tua masih jadi
Lelakaq bau nyale yang mengandung makna peringatan dan nasihat di khususkan untuk muda-mudi dan masyarakat pada umumnya. Hal tersebut terlihat pada lelakaq berikut:
Batik rembang beteluki         : Batik rembang diukir
Bune rarak dayen dese         : Buah bune di utara desa
           Apik entnmun muni                : Hati-hati sewaktu berbicara
           Uni salak jari kelile                : Salah bicara jadi sengsara
Makna yang terkandung dalam lelakaq di atas adalah tentang kecerobohan walaupun dalam bentuk ucapan atau perkataan. Hal tersebut akan menjerumuskan diri sendiri dan juga akan menyesatkan orang lain. Terlukiskan pada lelakaq di atas suatu hal yang memalikan menimpa diri sendiri, karena suatu perbuatan yang dilakukan tanpa perhitungan atau pemikiran.
4.4.4 Analisis Struktural
1). Tema Lelakaq Bau Nyale
Tema lelakaq (1), memiliki tema sopan santun karena seorang yang akan melaguka lelakaq pada saat malam hari waktu penangkapan nyale, Tema lelekaq (2), yaitu memiliki tema sopan-santun dan merupakan protes serta keluhan seorang  pelakaq karena tidak ada yang menyahut lelakaqnya  karena lamanya ia sampai di tempat bau nyale, kekecewaan itu di lukiskan dengan sebuah lelakaq berisi tentang betapa sialnya menjadi seseorang yang menunggu. Tema lelakaq ( 3 ), yaitu bertemakan sopan-santun yang disampaikan Pemuda II  kepada Pemuda yanga lain  dan kepada masyarakat yang hadir di sana, sebagai salam selamat datang dan sebagai harapan kalau kehadirannya dapat diterima. Tema lelakaq ( IV ),yaitu bertemakan keagamaan tentang  harapan seorang hamba Tuhan yang mengharapkan bantuan dan penolongan dari Nya. Lelakaq Bau Nyale yang bertemakan Nasihat dapat dilihat pada  lelakaq di babawah ini:
Ike-Ike talin sait                     : Ike-ike tali timba
Roros waru talin banten       : Bawa waru tali banten
               Ie gawaek ye yakm dait      : Itu  dikerjakan itupula didapati
            Payun nurut jari penganten  :  Jadi ikut jadi pengantin
Lelakaq kelima bertema nasihat yang ditunjukan khusus untuk pengantin perempuan, karena menurut kebiasaan masyarakat di daerah ini perempuan di anggap penurut, suatu pernikahan terjadi adalah merupakan resiko dari seorang wanita yang berani menentukan jalan hidupnya sendiri dengan menjatuhkan pilihannya. Tema lelakaq ke enam menujukan kepada masyrat tentang pentingnya mengontrol diri dalam berbicara, karena suatu pembicaraan yang salah dapat memalukan diri sendiri.
Jika dikaji denga acara Lelakaq Bau Nyale  ini merupakan nasihat seorang Pemuda kepada Pemuda lawan untuk memperingati jangan bicara yang tidak perlu karena suatu kesalahan berbicara akan memalukan diri sendiri. Lelakaq Bau Nyale yang bertemakan nasihat cukup banyak. Selain nasihat untuk masyarakat pada umumnya, dan juga nasihan untuk pasangan kekasih pada khususnya dan dapat di lihat pada lelakaq (3). Lelakaq Bau Nyale yang bertemakan percintaan dapat dilihat pada lelakaq di bawah ini, lelakaq bau nyale kebanyakan berupa lelakaq percintaan, karena yang diutamakan pada acara atau tradisi ini adalah kegembiraan dan segala sesuatu yang bersifat hiburan.
Kepal keceq bande pindang             : kapal kecil bawa pindang
Tanaq marong jari tembok               : tanah marong jadi tembok
Eleqt keceq pade girang                   : dari kecil kita bersama
Lebur anyong saling saoq                 : hidup dan mati hancur bersama
Lelakaq no.(9) bertemakan percintaan tentang kesetiaan dua orang kekasih yang saling cinta sejak kecil dan saling rela berkorban walau apapun yang akan terjadi. Lelakaq no. (6) menggambarkan kehidupan masyarakat didaerah lokasi penelitian, yaitu tentang kehidupan masyarakat khususnya laki-laki yang selalu berfikiran seperti anak muda. Lelakaq no. (7) bertemakan tentang kebiasaan masyarakat yang selalu berlomba-lomba untuk menikah dengan upacara yang besar tampa pernah mempertimbangkan kemampuan dan keadaan ekonominya hingga akibatnya setelah pesta selesai.
Lelakaq Bau Nyale yang menggunakan gaya bahasa metafora, yang merupakan gaya bahasa yang menghiskan atau membandingkan secara langsung dengan tidak menggunakan kata pembanding yaitu: sebagai, seperti, dan sebagainya. Ditunjukan oleh lelakaq yang menggunakan  metafora terdapat dalam lelakaq di bawah ini:
Perlisaq gali gase                             : Buah gali gase
Timbang baling gule daye                : Menimbang gula di utara
Begitaq sekali mase                          : Melihat sekali semusim
Sikut langan ruge tame                     : Ukur jalan   masuk
2). Gaya Bahasa Lelakaq Bau Nyale
Gaya basaha yang dipakai pada Lelakaq Bau Nyale ini yaitu: Pada (lelakaq 2) menggunakan bahasa hiperbola terdapat pada ( baris V ) yaitu mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian dengan gaya yang berlebih-lebihan yaitu: “ Batur beleq saq joq gati ” yaitu tamu agung yang berasal dari jauh, padahal sebenarnya tidak demikian, ‘’Lailahhailellah kelacrk aku ” yaitu betapa sialnya hidup yang dijalaninya, dan sepertinya dia menganggap bahwa dialah yang paling sial hidupnya. Padahal secara sederhana dia hanya menunggu kedatangan seseorang, akan tetapi pelukisannya sangat berlebih-lebihan sampai dia membawa nama Tuhan.
Sedangkan lelakaq keempat pada baris ke-3 dan baris ke-4 mengungkapkan suatu peristiwa yang berupa alasan yang dikemukakan Pemuda  tentang keterlambatan sampai berdoa kepada Tuhan untuk ditunjukan jalan, hal yang sebenarnya tidak mungkin  ia terlambat karena tersesat.
Kalimat “ Langan ruge tame” yang artinya “hanya jalan penyakit masuk” penyakit di sisni adalah merupakan metafora dari “begitaq sekali mase” yang artinya “melihat sekilas pandang”, maksudnya adalah penemuan yang sekejap mata yang membuahkan cinta. Bahasa khiasan metafora juga terdapat pada lelakaq nasihat yaitu; Frase “jari kelile” yang berarti menjadi hal memalukan merupakan frase dari “uni salaq” yang berarti “kata yang salah “ , maksudnya yaitu kata-kata yang salah adalah menjadi penyebab yang memalukan diri sendiri.
Bahasa khiasanya metafora terdapat pada lelakaq bau nyale yaitu, kata “kembang terune” merupakan metafora dari seorang perawan yang langsung di bandingkan dengan “kembang” yang berarti bunga, dan kemudian perawan itu di metaforakan lagi dengan “beneq” yang berarti “bibit” oleh sang pemuda terlihat pada baris III dan IV, hal tersebut terlihat pada lelakaq berikut:
Sejai udal tune                                  : Piring udang tune
Sejembung daun seneq                     : Semangkoq daun senek
Sai epen kembang terune                  : Siapa punya kembang bujang
Silaq dukung jari bineq                     : Mari kita dukung jadi benih
               Gaya bahasa metafora juga terdapat dari lelakaq tersebut:
Kayuk waru jari apit                         : Pohon waru jadi ulatan
Buaq are sintung tumpah                  : Buah are jadi tumpah
Bebalu jari penyakit                          : Janda jadi penyakit
Dedare jari penyusah                       : Perawan bikin susah
Kata ‘’ jari penyakit’’ baris III yang berarti ‘’menjadi penyakit’’ adalah metapora atas kata ‘’bebalu’’ yang berarti ‘’janda’’, janda dibandingkan dengan ‘’penyakit’’. Sama halnya dengan kata ‘’ jari penyakit’’   pada baris IV yang berarti menjadi’’ pembuat kesusahaah’’ adalah metafora dari kata ‘’ gadis’’ yang dibandingkan langsung dengan kesusuahan.
Gaya bahasa perbandingan ditandai dengan kata-kata pembanding misalnya: kata ‘’maraq’’ yang berarti kesusahan. Berdasarkan data penelitian gaya bahasa perbandingan dalam lelakaq bau nyale terdapat pada lelakaq di bawah ini:
Ku belauq ku bedaye                        : Aku ke selatan aku ke utara
Bangket punik baruk tambah            : Sawah kecil baru dicangkul
Mun merarik pade wayen                 : Kalau menikah pada umur sebaya
Maraq cungkliq unin lasah          : Seperti alat pertukangan bunyi ranang
Gaya bahasa perbandingan pada lelakaq di atas terdapat pada bagian pembuka yaitu kata’’ merarik’’ yaitu jika ada orang yang menikah pada usia yang sebaya, maka pada malam pertamanya diibaratkan tempat tidurnya seperti pertukangan kayu. Selain lelakaq di atas yang menggunakan gaya bahasa perbandingan terdapat juga pada lelakaq bau nyale yang lain, yaitu yang menggunakan kata perbanding’’ maraq’’ seperti:
Kelueq pelisak langan                    : Banyak buah dipinggir jalan
Pelisaq rau saq lueq gati                :  Buah dikebun banyak sekali
Kelueq pisaq dengan                      : Walaupun orang lain banyak misan
Pisaq aku marak bidedari              : Tapi misanku kayak bidadari
Kalimat pada III  dibandingkan dengan kata ‘’ maraq’’ dengan kalimat IV  yaitu begitu banyak, misalnya orang lain tapi tidak ada yang bisa menandingi misalnya yang diibaratkan seprti’’ bidadari’’
Gaya bahasa hiperbola dalam lelakaq bau nyale merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk melukiskan suatu benda, hal atau peristiwa dengan cara atau gaya yang berlebih-lebihan. Gaya bahasa ini dapat dipakai dalam lelakaq bau nyale yaitu:
Tempani tepung paleng                    : Jajan tepung tempani
Jeluang jari rokoq                             : Pelastik jadi rokok
Lamun bani Lebur barenga              : Kala berani hancur bersama
Dalem luang taokte besopoq            : Dalam lubang kita bersatu
Pada lelakaq ini terdapat mengungkapkan suatu peristiwa yang berlebih-lebihan yaitu pada kata ‘’ lebur bareng’’ yaitu hancur bersama, padahal jika dikaji dengan bahasa yang sederhana frase’’ lebur bareng’’ disisni dimaksudkan hanya untuk melukiskan kesetiaan dan kesanggupan untuk hidup bersama dan mengarungi suka dan duka hidup. Selain lelakaq itu, juga terdapat pada kalimat’’ satu liang lahat di tempati bersama’’ jika dikaji hal yang sebenarnya kalimat di atas hanya melukiskan suatu kesetiaan. Gaya bahasa hiperbola juga terdapat dalam lelakaq bau nyale berikut:
 Kepal keceq bande pindang             : Kapal kecil bawa pindang
Tanaq marong jari tembok               : Tanah marong jadi tembok
Eleqt keceq pade girang                   : Dari kecil kita bersama
Lebur anyong saling saoq                 : Hidup dan mati hancur bersama
Dalam mengungkapkan hal atau peristiwa yang dialami si tokoh, yaitu suatu hal yang dilikuskan secara berlebih-lebihan yaitu pada kata’’ lebur anyong saling saok’’ yang berarti ’’ hanycur luluh saling angkat’’ hal sebenarnya adalah pengungkapan rasa cinta dan kesetiaan antara dua orang yang dimaksud’’ apapun yang ditempuh dan dilalui harus ditempuh bersama’’.
3.) Rima Lelakaq Bau Nyale
Rima tengah merupakan persamaan bunyi di tengah baris lelakaq seperti pada lelakaq berikut ini : pada lelakaq kedua terdapat rima tengah, pada baris I dan II yaitu pada bunyi “eq’’ pada kata “ ngoneq” pada baris I berirma dengan bunyi “eq” pada kata “ beleq’’ baris II. Rima tengah Merupakan persamaan bunyi yang terdapat di tengah-tengah baris pada lelakaq. Rima tengah dapat dilihat pada lelakaq keempat, yaitu bunyi “o” pada kata “poyong” baris I berirma dengan bunyi “ o” pada kata “tolong” baris III, kemudian bunyi “u” pada kata “penujaq” baris II berirma dengan bunyi “u” pada kata “ kepusaq “ pada baris IV. Rima akhir, yatu persamaan buyi yang terdapat pada akhir baris. Rima jenis ini terdapat pada lelakaq nomor dua. Bunyi “u” pada kata “rau” baris I berirma dengan bunyi “u” pada kata “aku” baris IV , dan bunyi “u” pada kata “rau” baris I berirma dengan bunyi “u” pada kata “tau” baris VI. Pada lelakaq keempat juga terdapat rima akhir, yaitu bunyi “e” pada kata “peraye” berirma dengan bunyi “e” pada kata “Allahtaale” baris III. Rima identik, yaitu persamaan bunyi dalam lelakaq yang terjadi karena perulangan kata diantara bait-bait lelakaq, rima identik terdapat pada lelakaq II, kata “Lailahaillellah”  baris III dan baris IV.
Pemilihan kata atau frase dalam lelakaq, disamping bermakna denotasi juga bermakna konotasi dalam mendukung situasi dan nilai rasa yang akan dikemukakan, misalnya lelakaq nomor dua baris IV yaitu kata “rau” berdenotasi semacam sawah yang berada dipuncak gunung yang proses penanamannya seperti penanaman palawija.
4) Metrum Lelakaq Bau Nyale
 Metrum adalah irama yang tepat, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku katanya yang tepat sehingga alur suaranya yang menarik dan menurun adalah tetap. Dalam lelakaq bau nyale terdapat lelakaq mengandung irama metrum, hal ini terlihat pada lelakaq di bawah ini :
Ike-Ike talin sait                     : Ike-ike tali timba
  Roros waru talin banten        : Bawa waru tali banten
              Ie gawaek ye yakm dait         : Itu  dikerjakan itupula didapati
              Payun nurut jari penganten  :  Jadi ikut jadi pengantin
Metrum Pada lelakaq  di atas adalah pada kata “ike-ike“ pada baris satu, hal ini disengaja untuk mendapatkan persamaan bunyi dan irama yang menghasilkan keselarasan dengan kata “ ie eampite ie eamndait” pada baris ketiga, kata ‘’ike-ike’’ merupakan pengulangan bunyi utuh dengan tekanan yang sifatnya tetap. Rima merupakan pola estitika yang di dasarkan pada pengurangan suara yang di usahakan yang dialami dengan kesadaran. Rima terdapat juga pada lelakaq  bagian isi yaitu terdapat beberapa macam rima yaitu:
Rima awal merupakan persamaan bunyi diawal baris lelakaq hingga menimbulkan suatu karya menjadi indah. Dalam penelitian ini terdapat rima awal ditunjukan pada lekakaq berikut:
Ike-Ike talin sait                                 : Ike-ike tali timba
Roros waru talin banten                   : Bawa waru tali banten
Ie gawaek ye yakm dait                     : Itu  dikerjakan itupula didapati
Payun nurut jari penganten              :  Jadi ikut jadi pengantin
Bunyi “e” pada kata “ike-ike” (baris 1) berirama dengan bunyi “e” pada kata “e” (baris 3) rima awal terdapat juga pada lekakaq di bawah ini :
Perlisaq gali gase                                : Buah gali gase
Timbang baling gule daye                   : Menimbang gula di utara
Begitaq sekali mase                             : Melihat sekali semusim
Sikut langan ruge tame                        : Ukur jalan   masuk
Bunyi “aq” pada kata “pelisaq” (pada baris 1) berirama dengan bunyi “ aq” pada kata “begitaq” (baris 3) dan lelakaq selanjutnya yang mengandung rima awal yaitu pada lekakaq di bawah ini :
     Batik rembang beteluki                   : Batik rembang diukir
Bune rarak dayen dese                   : Buah bune di utara desa
           Apik entnmun muni                         : Hati-hati sewaktu berbicara
           Uni salak jari kelile                         : Salah bicara jadi sengsara
Bunyi “iq” pada kata   batiq” (baris 1) berirama dengan bunyi “ iq” pada kata “apiq” (baris 3). Dan begitu juga dengan bunyi “aq” pada kata “ raraq” (baris 2) berirama dengan bunyi “ aq” pada kata “salaq” pada (baris 4), lelakaq ini terdapat rima awal. Hal yang sama terdapat juga ada lelakaq di bawah ini yang memiliki dua buah rima awal yaitu terdapat pada lelakaq berikut:
Ticaq boq leq mamben                     : Injak bok di mamben
Pete deket mamben                           : Cari didekat mamben
Timak lueq jaji berayem                  : Meskipun banyaq janji pacarmu
Side doing taoqn mate angenkh        : kamu aja tenpat saya menaruh  hati
Pada lelakaq di atas terdapat rima awal yaitu: Bunyi “aq” pada kata “ticaq” (baris I) berirmama dengan bunyi “aq” pada kata “tamaq” (pada baris III) dan bunyi “e” pada kata “pete” ( baris II) berirama dengan bunyi “e” pada kata “side” (baris IV).
Rima tengah merupakan persamaan bunyi di tengah baris lelakaq sehingga memperindah sesuatu hasil karya yang berupa lelakaq. Rima tengah yang terdapat pada lelakaq bau nyale terlihat pada lelakaq  berikut: Dua buah rima tengah yaitu: bunyi “eq” pada kata “eleq” (bartis I)  berirama dengan bunyi “eq” pada kata “ lueq” (baris III), dan bunyi “ang” pada kata “bawang” (baris II) berirama dengan bunyi “ang” pada kata “doang” (baris IV).
Rima tengah juga terdapat pada lelakaq di atas yaitu memiliki rima tengah seperti : Bunyi “aq” pada kata “raraq” ( baris II) berirama dengan bunyi “aq” pada kata “salaq” (baris IV). Rima tengah terdapat juga dalam lelakaq di bawah ini:
Pinaq pendaiq bawaq bagwq           : Buat timba bawah pohon asam
Gulung benang talin tipah                :Llipat benang tali tikar
Dendek merarik maseh kodek           : Jangan menikah masih kecil
Lamun lakar jari penyusah               : Kalau akhirnya jadi penyakit
Rima tengah dapat ditunjukan pada bunyi “iq” pada kata “pendaiq” (baris I)  (berirama dengan bunyi “iq” pada kata “merariq” (baris III). Rima akhir merupakan persamaan bunyi yang terdapat dibagian akhir lelakaq yang menambah keestetisan suatu karya.
Dalam lelakaq bau nyale terdapat sebagian besar terdapat rima akhir, karena bunyi akhir sampiran kebanyakan akan selalu berirama dengan bunyi akhir isi, sehingga akan menimbulkan suatu keselarasan irama.
Guna meningkatkan nilai estetik atau keindahan karya yang berupa lelakaq tersebut, Rima akhir dalam lelakaq bau nyale terdapat pada lelakaq berikut.
Aku gitaq kerate mondah                   : Aku lihat burung kereta istirahat
Bareng-bareng semet                        : Sama-sama kita jaring
Aku gitaq dedare solah                     : Saya lihat gadis yang menawan
Bareng-bareng pade melet               : Sama-sama kita pikat
Rima akhir lelakaq di atas dapat di tunjukan oleh bunyi “ah” pada kata “mondah” (pada baris I) berirama dengan bunyi “ah” pada kata “solah” (baris III), selain itu rima akhir juga terdapat pada baris II yaitu “et” pada kata “semet” berirama dengan bunyi “et” pada kata “melet” baris IV. Selain lelakaq bau nyale di atas terdapat juga dalam lelakaq di bawah ini:
Bejukung siq perau                           : Menyebrang memekai perahu
Rembuaq balen pakis                        : Rembuaq rumah pakis
Beruntung ndkte  bau                        : Meski tidak jodoh
Timakte saq uah saling tangis           : Meskipun kita saling tangisi
Bunyi ‘’u’’ pada kakta’’ perau’’ ( baris I ) berirama dengan bunyi ‘’ u’’ pada kata’’ tau’’ ( baris  III ) dan bunyi ‘’is’’ pada kata’’ pakis’’( baris II ) berirama dengan bunyi ‘’ is’’ pada kata ‘’tangis’’(  pada kata IV). Lelakaq berikut mempunyai rima akhir yaitu:
Ku belauq ku bedaye                        : Aku ke selatan aku ke utara
Bangket punik baruk tambah            : Sawah kecil baru dicangkul
Mun merarik pade wayen                 : Kalau menikah pada umur sebaya
Maraq cungkliq unin lasah         : Seperti alat pertukangan bunyi ranjang
Rima akhir pada lelakaq di atas ditunjukan oleh bunyi ‘’ye’’ pada kata’’ bedaye’’(  baris I ) berirama dengan bunyi ‘’ye’’ pada kata ‘’ waye’’( pada kata III ) dan selain pada baris di atas terdapat juga pada baris ke II yaitu bunyi’’ ah’’ pada kata ‘’ tambah’’ yang berirama dengan bunyi ‘’ ah’’ pada kata ‘’lasah’’  ( baris IV ). Asonasi merupakan bunyi yang terjadi karena adanya persamamaan bunyi vokal pada baris-baris lelakaq. Asonasi tersebut terdapat pada lelalaq di bawah ini:
Tempani tepung paleng                    : Jajan tepung tempani
Jeluang jari rokoq                             : Pelastik jadi rokok
Lamun bani Lebur barenga              : Kala berani hancur bersama
Dalem luang taokte besopoq            : Dalam lubang kita bersatu
Asonasi pada lelakaq di atas ditunjukan oleh bunyi vokal ‘’e’’ secara berurutan menimbulkan persamaan bunyi pada kata’’ tempani’’ dan kata’’ tepong’’ ( baris I ). Begitu halnya dengan bunyi yang ditunjukanm pada vokal ‘’ a ‘’ secara berurutan menimbulkan persamaan bunyi pada kata ‘’ bani’’ pada ( baris  III ) dan kata ‘’ dalam’’ dengan kata ‘’luang’’. Selain bunyi vokal di atas terdapat juga dalam lelakaq bau nyale yang lain seperti lelakaq di bawah ini:
Sejai udal tune                                  : Piring udang tune
Sejembung daun seneq                     : Semangkoq daun senek
Sai epen kembang terune                  : Siapa punya kembang bujang
Silaq dukung jari bineq                     : Mari kita dukung jadi benih
Asonasi terjadi pada bunyi vokal secara berurutan yang menimbulkan persamaan bunyi vokal tersebut antara lain: vokal ‘’ a’’ Pada kata ‘’ sejai’’ dengan kata ‘’ udal’’ ( baris I ), kemudian vokal’’ u’’  terlihat pada kata ‘’ sejembung’’ dengan kata’’ daun’’ ( baris II ). Lelakaq Bau Nyale di bawah ini terdapat asonasi bunyi Vokal ‘’i’’ pada kata ‘’ talin’’ secara berurutan menimbulkan persamaan bunyi’’ i’’ pada kata’’ sait’’ baris ( baris I ).
Ike-Ike talin sait                                 : Ike-ike tali timba
Roros waru talin banten                   : Bawa waru tali banten
             Ie gawaek ye yakm dait                    : Itu  dikerjakan itupula didapati
            Payun nurut jari penganten              :  Jadi ikut jadi pengantin
Rima identik merupakan persamaan bunyi dalam lelakaq yang terjadi karena perulangan kata diatara bait-bait lelakaq  bau nyale sehingga tercipta keselarasan bunyi. Hal ini terdapat pada beberapa lelakaq bau nyale berikut:
.Dendeq tumput telage sisiq              : Jangan menumbun kolam sisisq
Tumput setapaq pitu telage               : Menimbun kolam secukupnya
Dendeq torot paksak diriq                : Jangan terlalu memaksa diri
             Turut mupakat selapuk keluarge        : Ikut mufakat semua keluarga
Perulangan kata ‘’ tumput’’ (pada baris Idan II ) menimbulkan persamaan bunyi yang menimbulkan rima identik. Hal seperti di atas terdapatn pada lelakaq bau nyale lainya seperti:
Bale balaq bale tinggang                  : Rumah bertingkat, rumah tinggi
Bale balaq kun atas kute                   : Rumah bertingkat di atas kuta
Sai eak balakh lamun uah girang     : Siapa melarang kalau sudah sering
Timakh yak telagaqs masihkaq suke : Meskipun di dilang akan saya suka
Rima identik sangat nampak pada lelakaq di atas yaitu pengulangan kata ‘’ bale balaq’’ pada baris I dan II kemudian kata’’ eaq’’ pada baris  III dan IV dan satu buah frase yang diulangi yang menimbulkan keselaransan dan keseimbangan bunyi dalam lelakaq bau nyale. Lelakaq ketiga yang menimbulakan rima identik:
Kayuk waru jari apit                         : Pohon waru jadi ulatan
Buaq are sintung tumpah                  : Buah are jadi tumpah
Bebalu jari penyakit                          : Janda jadi penyakit
Dedare jari penyusah                       : Perawan bikin susah
Pengulangan kata’’ pelisaq’’ baris I dan II menimbulkan persamaan bunyi, dan sama halnya dengan penggunaan kata ‘’pisaq’’ baris baris III dan IV dan menimbul;kan rima identik. Aliterasi merupakan persamaan bunyi yang terjadi pada baris lelakaq bau nyale karena terjadi persamaan konsona. Aliterasi yang terdapat dalam lelakaq bau nyale dapat ditujukan oleh lelakaq berikut:
Kacang daong kakenm                     : Hanya kacang yang kamu makan
Ndkm ktaon sampim lepa                 : Tidak tau gigimu empong
Bajang doing angnm                                    : Kamu hanya ingin berjiwa muda
Ndkm ktaon gigim pengas                : Tapi tidak tau gigimu ompong
5). Aliterasi Lelakaq Bau Nyale         
Aliterasi ditujukan oleh bunyi ‘’ ang’’ pada kata ‘’ kacang’’ sebagai konsonan akhir menimbulkan persamaan bunyi’’ ang’’ pada kata ‘’doang’’ ( baris I ) begitu juga dengan bunyi ‘’ ang’’ pada kata ‘’bajang’’ sebagai konsonan akhir yang menimbulkan persamaan buny’’ang’’ pada kata’’bajang’’ baris ( III ). Diksi merupakan pilihan kata atau frase dalam lelakaq bau nyale dismping bermakna denotasi dan juga bermakna konotasi, dalam mendukung situasi dan nilai rasa yang ada, serta menyelaraskan sebuah irama dalam  lelakaq sehingga menimbulkan karya sastra yang indah. Disamping itu banyak frase yang memerlukan penjelasan makna denotasi teksnya. Kata-kata yang memerlukan penjelasan makna denotasi, yaitu’’ cungklik’’ berdenotasi dengan sejenis alat tradisional Lombok yang terbuat dari kayu yang dipipihkan, dimainkan dengan cara dipikul dengan menggunakan kayu yang berbentuk martil, sehingga menimbulkan bunyi yang khas. Demikian halnya dengan kata ‘’ sait’’ yang berdenotasi dengan alat untuk menimba air, dan kata’’ banteng’’  yang berdenotasi dengan sapi jantan yang tinggi besar dan tua, dan kata’’ punik’’ yang berdenotasi dengan sawah kecil yang ukurannya sangat sempit yang bercabang-cabang yang merupakan hasil dari pembabatan hutan. Kata ‘’ lasah’’ berdenotasi dengan tempat tidur yang terbuat dari bambu.
6). Diksi Lelakaq Bau Nyale
Diksi kata ‘’tempani’’ dan ‘’tepung paleng’’ mengarah pada makanan khas Lombok timur, kemudian kata ‘’pelisaq’’ berdenotasi dengan nama buah palawija. Kata’’ seneq’’ yang berdenotasi dengan nama buah untuk obat-obatan, dan kata ‘’ rembang ‘’ berdenotasio dengan model kain batik dengan corak bung-bunga dan kata’’ bone’’ berdenotasi dengan nama buah dan sama halnya dengan kata ‘’are’’. Begitu juga halnya dengan kata’’ waru’’ berdenotasi dengan kata pohon dan kata ‘’ rau’’ berdenotasi dengan nama perbuktian atau pegunungan yang ditanami padi, dan kata’’ pindang’’ berdenotasi dengan nama ikan yang sudah dimasak, dan kata ‘’marong’’ berdenotasi dengan kata tempat.
4.4.5 Analisis Semiotik
Secara semiotik, yang mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan bahasa sebagai tanda yang mempunyai arti. Pilihan kata-katanya dalam lelakaq bau nyale sebagai lelakaq pembuka dalam acara atau tradisi bau nyale menandai adanya susasana yang meriah, suasana yang ramai yang sedang melaksanakan tata cara  adat atau tradisi bau  nyale.
Kata kata tersebut antara lain: Bageq malang leq semawaq ( lelakaq 1 baris I )  anaq jaran saq leq sepit ( lelakaq I baris ke II ), ndaq paran ndeq tertib ( lelakaq I baris IV ) temoe beleq saq aoq gati ( lelakaq 2 baris II ), lillahitaala tanjung batu ( lelakaq 2 baris III ), eling asih sandu baye ( lelakaq 3 baaris I  ), tabeq nurge epen bale  ( lelakaq 3 baris II ),  niki tiang matur ( lelakaq 3 baris III ), Ike-ike talin sait ( lelakaq 5 baris I ), roros waru talin banten ( lelakaq 5 baris 2 ), bune raraq dayen dese ( lelakaq I baris II ), pinaq pendaiq bawaq bageq ( lelakaq 3 baris 1 ), pelisaq rau saq lueq gati (lelakaq 4 baris ke 2 ), pisaq aku maraq bidedari (lelakaq 4 baris ke 4 ) kapal keceq bande pindang (lelakaq 5 baris 1 ), lebur anyong saling saoq (lelakaq 5 baris 4 ), kayuq buaq bawon batu (lelakaq 6 baris 2 ), ngelining ngiuk jari penganten (lelakaq 7 baris 3 ), pelisaq gali gase (lelakaq 8 baris 1 ), timbang baling gule daye (lelakaq 8 baris 2 ), sikut langan roge tame (lelakaq 8 baris 4 ), silaq dukung jari bineq (lelakaq 9 baris 4 ), bebelu jari penyakit (lelakaq 10 baris 3 ), dedari jari penyusah (lelakaq 10 baris 4 ), bangket punik baruk tambah (lelakaq 11 baris 2 ), maraq cungkliq unin lasah  (lelakaq 11 baris 4 ), jeluang ari rokok (lelakaq 12 baris 2 ), lamun bani lebur bareng (lelakaq 12 baris 3 ), dalem loang taokte besopoq (lelakaq 12 baris 4 ).








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
A). Bentuk Lelakaq Bau Nyale
Berdasarkan nilai estetik dan proses penciptaannya yaitu:
1). Tema sopan santun, tema keagamaan, tema nasihat, tema percintaan, tema tentang kehidupan masyarakat di Lombok timur.
2). Gaya bahasa lelakaq bau nyale yaitu menggunakan gaya bahasa kiasan, yang mencakup:
a). Gaya bahasa hiasan metafora yaitu gaya bahasa hiasan yang membandingkan suatu benda atau peristiwa dengan tidak menggunakan kata pembanding ( seperti,bagaikan,ibarat,bak,umpama )
b). Gaya bahasa perbandingan yaitu, dengan menggunakan kata-kata perbandingan misalnya: seperti, bagaikan,dan sebagainya, dalam bahasa sasaq menggunakan kata’’ maraq’’.
c). Gaya bahasa hiferbola yaitu gaya bahasa yang menyatakan suatu peristiwa atau benda dengan gaya yang berlebih-lebihan

3). Bunyi dan irama lelakaq bau nyale adalah sebagai berikut:
a). Metrum yaitu merupakan irama yang tetap artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu yang disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap dan alur suaranya yang menarik dan menurun akan tetap pula.
b). Rima merupakan estetika yang didasarkan pada pengulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan kesadaran. Rima awal,tengah dan akhir
c). Asonasin merupakan bunyi yang terjadi karena persamaan bunyi vokal pada barisan lelakaq. Bunyi vokal yang sering muncul yaitu: /a/,dan /e/, dan /i/.
d). Aliterasi merupakan persamaan bunyi yang terjadi karena persamaan bunyi konsonan pada baris lelakaq.konsosnan yang sering muncul dalam lelakaq bau nyale yaitu: konsonan /m/, /i/,dan /n/.
4). Diksi lelakaq bau nyale. pada lelakaq bau nyale terdapat kata-kata yang bermakna denotasi teks lelakaq, disamping itu pula terdapat makna konotasi teks lelakaq yang memperjelas makna teks lelakaq. Contoh diksi yang dipakai dalam lelakaq adalah’’ rau’’ dan ‘’timba’’


B. Fungsi Lelakaq Bau Nyale
1). Berfungsi sebagai peredam ketegangan yang terjadi antara pemuda  kepada pemuda lawan dan masyarakat yang menyaksikan berlangsungnya acara tersebut.
2). Sebagai nasihat dan peringata kepada masyrakat kolektifnya, khususnya pada generasi muda
3). Sebagai sindiran dan protes salah seorang pemuda dengan pemuda  lawan.
4). Sebagai pembuka dan penghormatan pada saat tradisi atau acara yang akan dimulai
C. Makna Lelakq Bau Nyale Berisi Tentang:
1). Rasa penyesalan pelakaq  kepada Pelakaq  lawan karena keterlambatan
2). Tentang alasan pelakaq pertama kepada pelakaq kedua karena keterlambatan
3). Tentang peringatan dan nasihat
4). Pelukisan keadaan kehidupan masyarakat Lombok timur
5). Kesetiaan sepasang kekasih yang saling mencintai


5.2 Saran-Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang lelakaq dan pengembangan fungsi lelakaq secara lebih lanjut. Lelakaq merupakan pecerminan kehidupan masyarakat Sasaq disamping itu, lelakaq tersebat luas pada masing-masing subkultur suku Sasaq dengan menggunakan gaya penyampain dan bahasa yang berbeda-beda, tergantung dari dialeq yang terdapat di daerh tempat berkembangnya lelakaq tersebut.

Tidak ada komentar: