TUGAS
PRAGMATIK
Maksim Kualiatas
Oleh
KELOMPOK
I
MULYANI (11211A0051)
KASDIN (11211A0132)
JUHAIRI (10911A0077)
FAKULTAS
KGERUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan.
Di sadari bahwa adanya berbagai
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini sebagai keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, sehubungan dengan hal tersebut kami selalu membuka diri untuk
menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sebagai upaya perbaikan
serta pengayaan nilai yang akan diperoleh.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami telah mendapatkan bantuan, dorongan dan semangat
dari berbagai pihak dalam pembuatan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang diterima
mendapat balasan dari Allah SWT, kami juga berharap agar makalah ini dapat di
terima sebagai sumbangan pikiran yang bernilai membangun.
Mataram, ………. 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
1.1
Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.2
Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian maksim kualitas
1.2
Tujuan maksim kualitas
1.3
Waktu digunakan maksim kualitas
BAB III
PENUTUP
1.1
Simpulan
1.2
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.4
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak mungkin mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendirian. Ia
membutuhkan kehadiran orang lain untuk membuat hidupnya bermakna. Di sinilah
diperlukan interaksi antarmanusia. Agar tujuan interaksi dapat tercapai dengan
baik, para peserta interaksi perlu memiliki pengetahuan komunikatif yang
terdiri atas pengetahuan linguistik, pengetahuan interaksi, dan pengetahuan
kebudayaan (Ibrahim, 1993). Demikian juga, agar pesan dapat sampai secara
efektif dan efisien, Rahardi (dalam Jumadi, 2001) menyarankan agar peserta
interaksi mempertimbangkan (1) prinsip kejelasan, (2) prinsip kepadatan, dan
(3) prinsip kelangsungan. Prinsip kejelasan menuntut agar peserta tutur
menyampaikan informasi secara jelas, tidak ambigu. Prinsip kepadatan menuntut
paserta tutur agar menyampaikan informasi secara singkat dan padat. Sedangkan
prinsip kelangsungan menuntut agar peserta tutur menyampaikan informasi secara
langsung, tidak berbelit-belit.
Dalam berinteraksi, manusia
menggunakan bahasa dalam bertutur. Agar tuturan mudah dipahami oleh mitra
tuturnya, manusia menggunakan kaidah bertutur. Berkenaan dengan kaidah tindak
tutur, Grice (1975) merumuskan kaidah bertutur prinsip kerjasama (selanjutnya
disebut PKS). PKS merupakan kaidah bertutur yang berisi sejumlah tuntunan
bagaimana seharusnya seseorang bertutur. PKS dirumuskan sebagai berikut,
‘Buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat
berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan
yang sedang diikuti’.
Secara mendasar, dalam berinteraksi
antara penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang
mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya.
Agar interaksi mencapai tujuannya, setiap penutur bertanggung jawab atas
penggunaan kaidah-kaidah tersebut. Levinson (1992) menyatakan bahwa PKS dengan
sejumlah maksimnya mengkhususkan pada apa yang dapat diperbuat oleh peserta
tutur untuk bertutur dengan cara yang efisien, rasional, dan kooperatif. Ketika
menyampaikan informasi, antara penutur dan mitra tutur harus bertutur dengan
tulus, relevan, dan jelas.
1.5
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan maksim
kualitas?
2.
Apa tujuan maksim kualitas?
3.
Dimana digunakannya maksim kualitas?
1.6 Tujuan
2.
Untuk mendeskripsikan pengertian
maksim kualitas!
3.
Untuk mendeskripskan tujuan dan
waktu digunakannyamaksim kualitas!
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian maksim kualitas
Maksim
kualitas adalah msksim yang menyatakan seasuatu hal yang benar, dan nyata.
Dengan menerapkan maksim kulitas dalam prinsip kerjasama Grice seorang peserta
tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai
dengan fakta yang sebenarnya dalam aktifitas bertutur sapa, Rahardi (2003:31).
Tuturan yang tidak didasrkan pada kenyataan dan tidak ada dukungan data yang
jelas, konkrit, dan serta tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka dianggap
melanggar maksim kualitas.
Sudrajat (2009: 134) menyatakan maksim kualitas menunjukkan bahwa
kalimat yang diungkapkan oleh penuturnya berisi hal yang sebenar-benarnya.
Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2009: 47) menyatakan maksim percakapan ini
mewajibkan setiap perserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti
yang memadai.
Contoh :
(1) “Indonesia merdeka pada
tanggal 18 Agustus 1945.”
Tuturan (1) itu tidak memenuhi prinsip kerja sama maksim
kualitas karena ketidak benaran tuturan (1) itu diketahui banyak orang. Penutur
tidak punya bukti yang memadai atas kebenaran tuturannya.
(2) “Ibu kota negara
Indonesia adalah Jakarta.”
Tuturan (2) tersebut secara kualitatif benar karena penutur
meyakini dan memiliki bukti-bukti memadai seperti istana negara, kantor-kantor
kementerian, gedung DPR/MPR semuanya berada di Jakarta. Dengan demikaian,
tuturan (2) memenuhi prinsip kerja sama maksim kualitas.
3.2
Tujuan maksim kualitas
Adapun
tujuan maksim kualitas menurut Yule (2006: 64) yaitu:
2. Penutur
dapat memberikan informasi yang benar.
3. Penutur
tidak mengatakan sesuatu yang diyakini itu salah.
4. Penutur
tidak mengatakan sesuatu yang tidak memiliki bukti yang memadai.
5. Supaya
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur.
3.3
Waktu digunakan maksim kualitas
Adapun
waktu digunakannya maksim kualitas adalah sebagai berikut.
1. Ketika berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Ketika berdebat, diskusi, membuat kajian ilmiah,
berwacana dll.
BAB
III
PENUTUP
5.1
Simpulan
Maksim kualitas merupakan maksim yang menyatakan
sesuatu yang benar dan nyata. Tujuan maksim kualitas penutur diharapakan dapat
memberikan informasi yang benar dan nyata utnuk menjalin hubungan yang baik
antara penutur dan mitra tutur dan tempat penggunaan maksim kualitas yaitu pada
Ketika berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. berdebat,
diskusi, membuat kajian ilmiah, berwacana.
5.2
Saran-saran
Diharapkan dengan informasi yang penulis buat dapat
memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat bagi pembelajaran pragmatik
khususnya dan umumnya pembelajaran bahasa sastra Indonesia. Kritik dan saran
dari pihak lain sangat dijunjungi tinggi untuk memperoleh kesempurnaan maksim
kualitas dalam permakalahan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,
hanry guntur. 1990 pengajaran pragmatik. Bandung: angkasa
Rahadi,
R. Kunjana. 2005. Pragmatik.
Chaniago,
Sam Mukhtar. 1997
Cutting,
Joan. 2002. Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Students. New
York: Routledge
Leech,
Geoffrey. 1991. Principle of Pragmatics. London: Longman
Rahardi,
Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Wijana,
I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yule,
George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar